Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Jam Tangan Analog Tetap Disukai Cowok di Era Digital?

illustrasi jam tangan pria (pexels.com/Ian Schreffler)
Intinya sih...
  • Jam tangan analog sebagai simbol gaya maskulin yang elegan
  • Nilai historis dan sentimental dari jam tangan analog yang tidak tergantikan
  • Detail mekanisme kompleks dari jam tangan analog yang menawan

Di tengah gempuran teknologi digital, banyak perangkat yang kini mengambil alih fungsi-fungsi konvensional. Smartphone misalnya, bukan cuma jadi alat komunikasi, tapi juga punya fitur jam, stopwatch, hingga kalender. Meski begitu, jam tangan analog tetap bertahan, bahkan jadi pilihan utama bagi banyak cowok modern. Fenomena ini menunjukkan bahwa jam tangan bukan sekadar penunjuk waktu, tapi juga bagian dari gaya hidup dan ekspresi diri.

Cowok masa kini cenderung selektif dalam memilih aksesori. Jam tangan analog dianggap punya nilai lebih dibanding jam digital yang serba instan. Nuansa klasik, kesan elegan, serta identitas maskulin yang kuat membuat jam tangan analog tetap relevan. Di era serba cepat, kehadiran jam tangan analog justru memberikan kesan tenang, terkendali, dan penuh karakter.

1. Simbol gaya maskulin yang elegan

illustrasi jam tangan pria (pexels.com/HONG SON)

Banyak cowok melihat jam tangan analog sebagai simbol maskulinitas yang kuat. Bentuknya yang kokoh, material logam atau kulit asli, dan desain yang simpel namun berkelas memberikan kesan dewasa dan bertanggung jawab. Sementara jam digital lebih mengarah ke fungsi praktis, jam analog menawarkan tampilan yang lebih sophisticated dan bisa dipadukan dengan outfit formal maupun kasual. Hal ini menjadikan jam tangan analog sebagai item fashion yang fleksibel tapi tetap berwibawa.

Selain itu, cowok yang memakai jam tangan analog kerap dianggap punya selera tinggi dan perhatian terhadap detail. Keberadaan jarum jam yang bergerak perlahan memberi kesan kontemplatif, seolah pemakainya tahu cara menghargai waktu. Hal ini menciptakan citra pria yang tidak mudah tergesa-gesa, tapi tetap produktif dan terorganisir. Bukan cuma soal tampilan, tapi juga soal karakter yang tercermin dari apa yang dipakai.

2. Nilai historis dan sentimental yang tidak tergantikan

illustrasi jam tangan pria (pexels.com/Arina Krasnikova)

Jam tangan analog sering kali punya cerita di baliknya, entah itu warisan keluarga, hadiah ulang tahun, atau simbol pencapaian pribadi. Sentuhan emosional semacam ini sulit tergantikan oleh jam digital atau smartwatch sekalipun. Cowok cenderung menghargai barang-barang yang punya nilai personal dan bisa bertahan lama. Jam tangan analog menjadi benda yang mampu membangun ikatan emosional dari waktu ke waktu.

Ada juga keunikan dari setiap jam analog, terutama jika berasal dari brand klasik atau model edisi terbatas. Nilainya bisa meningkat seiring usia, bahkan bisa jadi investasi jangka panjang. Sementara gadget digital cepat usang dan digantikan model baru, jam analog tetap punya daya tarik yang timeless. Hal ini menjelaskan kenapa banyak cowok rela mengeluarkan dana besar untuk memiliki satu jam tangan analog berkualitas tinggi.

3. Detail mekanisme yang menawan

illustrasi jam tangan pria (pexels.com/George Chambers)

Berbeda dengan jam digital yang bergantung pada baterai dan layar, jam analog punya mekanisme yang kompleks dan elegan. Setiap putaran roda gigi dan gerakan jarum menunjukkan perpaduan antara seni dan teknik yang presisi. Cowok yang menyukai jam tangan analog biasanya tertarik pada craftsmanship yang tinggi dan menghargai proses di balik hasil. Bukan hanya sekadar tampilan, tapi juga bagaimana jam itu bekerja secara mendalam.

Hal ini membuat jam tangan analog bukan sekadar aksesori, tapi juga karya seni yang bisa dikagumi. Bahkan banyak cowok yang menikmati proses merawat jam tangan mereka sendiri, seperti menyetel waktu secara manual atau membersihkan bagian-bagian tertentu. Interaksi fisik seperti ini menciptakan hubungan yang lebih personal dibanding hanya melihat waktu dari layar digital.

4. Perlawanan halus terhadap tren instan

illustrasi jam tangan pria (pexels.com/shalender kumar)

Di era digital yang serba cepat, jam tangan analog hadir sebagai bentuk perlawanan terhadap gaya hidup instan. Cowok yang memilih jam analog seolah sedang menyuarakan nilai-nilai kesabaran, ketelitian, dan kestabilan. Mereka tidak terjebak dalam tren sementara, tapi justru mencari sesuatu yang bertahan lama dan bisa diwariskan. Pilihan ini bukan soal teknologi, tapi soal filosofi hidup.

Jam analog juga memberi ruang untuk jeda, berbeda dari notifikasi digital yang terus-menerus mengganggu. Cowok bisa melihat waktu tanpa tergoda membuka pesan atau aplikasi lain, menciptakan momen reflektif dalam rutinitas harian. Ini adalah simbol kontrol diri dan fokus yang semakin langka di tengah distraksi digital. Maka tak heran, banyak cowok tetap memilih jam tangan analog meski sudah akrab dengan gadget canggih.

Jam tangan analog bukan sekadar aksesori jadul yang bertahan karena nostalgia. Ia adalah perpaduan antara fungsi, gaya, nilai emosional, dan karakter yang kuat. Cowok yang memakainya tak hanya ingin tahu pukul berapa, tapi juga ingin menunjukkan siapa dirinya. Di era digital yang serba praktis, jam tangan analog tetap punya tempat istimewa, sebagai simbol keabadian dalam dunia yang terus berubah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us