Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bercermin (pexels.com/Min An)
ilustrasi bercermin (pexels.com/Min An)

Intinya sih...

  • Sering merasa lelah padahal tidak banyak aktivitas

  • Sulit mengekspresikan emosi

  • Merasa cemas saat tidak produktif

Kamu mungkin merasa segalanya baik-baik saja, tapi beberapa sinyal dalam diri bisa jadi pertanda ada yang perlu disadari. Banyak pria terlalu sibuk mengejar target hidup sampai lupa memeriksa kesehatan mentalnya. Padahal, mengenali red flag dalam diri sendiri penting untuk mencegah masalah yang lebih serius.

Sayangnya, banyak yang mengabaikannya karena merasa itu bukan prioritas. Artikel ini akan membahas tujuh tanda peringatan dalam diri yang kerap luput dari perhatian pria. Jika kamu merasa beberapa poin ini familiar, mungkin sudah saatnya mengajak diri sendiri berdialog lebih jujur.

1. Sering merasa lelah padahal tidak banyak aktivitas

ilustrasi lelah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tubuh yang lelah tanpa alasan logis bisa jadi sinyal stres atau tekanan batin. Bukan soal fisik semata, tapi beban pikiran yang diam-diam menguras energi. Sayangnya, banyak pria yang menyepelekan sinyal ini dan menganggapnya hal biasa.

Rasa lelah ini sering dianggap sebagai kurang tidur atau efek kerja keras. Padahal bisa jadi ada konflik emosional yang belum terselesaikan. Jika kamu mengalaminya terus-menerus, penting untuk mulai mengevaluasi kondisi psikologismu.

2. Sulit mengekspresikan emosi

ilustrasi murung (pexels.com/Mary Taylor)

Menekan perasaan demi terlihat kuat adalah budaya yang masih melekat pada banyak pria. Ketika tidak bisa menangis atau marah dengan sehat, emosi tertahan bisa jadi bom waktu. Ini bisa berdampak buruk pada hubungan dan kesehatan mental.

Alih-alih memproses perasaan, kamu mungkin cenderung mengalihkan ke hal lain seperti bekerja berlebihan. Menolak berbagi emosi bukan berarti kamu kuat, tapi justru mengabaikan sisi manusiawimu. Belajar mengekspresikan emosi bukan kelemahan, tapi bentuk keberanian.

3. Merasa cemas saat tidak produktif

ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)

Rasa gelisah ketika tidak sedang mengerjakan apa pun bisa menjadi tanda bahwa kamu menggantungkan nilai diri pada produktivitas. Ini bisa menyebabkan kecanduan kerja dan kelelahan emosional. Perasaan ini membuatmu sulit menikmati waktu luang.

Padahal, setiap orang butuh jeda untuk menjaga keseimbangan hidup. Jika kamu selalu merasa bersalah saat istirahat, ada baiknya mulai mengubah cara pandang terhadap waktu senggang. Ingat, produktivitas bukan satu-satunya tolok ukur keberhargaan diri.

4. Hubungan personal sering terasa dangkal

ilustrasi merenung (pexels.com/MART PRODUCTION)

Jika kamu merasa hubungan dengan orang-orang di sekitarmu tidak pernah benar-benar dalam, ini bisa jadi alarm. Mungkin kamu terlalu menjaga jarak karena takut terlihat rentan. Akibatnya, hubungan yang kamu miliki hanya bersifat permukaan.

Tanpa kedekatan emosional yang tulus, kamu akan merasa kesepian meski dikelilingi banyak orang. Cobalah untuk lebih terbuka dan membiarkan orang lain mengenal sisi terdalammu. Koneksi yang nyata bisa menguatkan dirimu dalam banyak hal.

5. Mudah tersulut emosi untuk hal sepele

ilustrasi marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Marah berlebihan untuk hal kecil bisa jadi tanda ada tekanan batin yang belum disadari. Mungkin kamu merasa frustrasi, tetapi tidak tahu cara yang sehat untuk meluapkannya. Akhirnya, emosi meledak pada situasi yang tak seharusnya.

Reaksi semacam ini bukan sekadar soal temperamen, tapi lebih pada kontrol emosi yang goyah. Perlu ada introspeksi, apakah ada luka lama atau stres yang menumpuk. Mengelola emosi adalah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih.

6. Terlalu keras pada diri sendiri

ilustrasi murung (pexels.com/Alex Green)

Perfeksionisme yang berlebihan bisa membuatmu jadi musuh terburuk bagi diri sendiri. Kamu mungkin merasa tak pernah cukup baik, bahkan untuk hal-hal yang sudah jelas kamu usahakan. Ini membuatmu sulit merasa puas atau bahagia.

Terlalu sering mengkritik diri sendiri justru akan menurunkan rasa percaya diri. Cobalah untuk lebih berbelas kasih kepada dirimu sendiri. Mengakui bahwa kamu manusia yang bisa salah adalah langkah penting untuk tumbuh.

7. Sering merasa tidak punya tujuan hidup

ilustrasi merenung (pexels.com/Darina Belonogova)

Kehilangan arah dalam hidup bisa terasa seperti melayang tanpa tujuan. Meski dari luar terlihat stabil, di dalam bisa jadi kamu sedang kebingungan. Perasaan ini bisa menguras semangat dan motivasi tanpa disadari.

Bukan berarti kamu harus selalu punya rencana lima tahun ke depan. Tapi, punya tujuan kecil atau nilai hidup bisa memberi arah dan makna. Jika kamu merasa kosong, mungkin saatnya mencari kembali apa yang membuatmu merasa hidup.

Mengenali red flag dalam diri bukan berarti kamu lemah, tapi justru tanda keberanian menghadapi diri sendiri. Semakin cepat kamu menyadarinya, semakin besar peluang untuk tumbuh jadi pribadi yang lebih sehat. Yuk, mulai lebih jujur dan sayang pada diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team