Jakarta, IDN Times – Situs pengawas internet vpnMentor mengungkap kebocoran 1,3 juta data pengguna e-HAC. Ada beragam bentuk kebocorannya, mulai dari data pribadi pengguna aplikasi dan staf e-HAC, data rumah sakit beserta para tenaga kesehatannya, hasil tes COVID-19, hingga data vaksinasi.
Adapun e-HAC singkatan dari Electronic Health Alert Card, yaitu aplikasi yang wajib diunduh oleh para pelaku perjalanan yang melakukan mobilitas di tengah pandemik COVID-19. Aplikasi itu memuat informasi pribadi (seperti email, nomor kependudukan, alamat rumah, nomor ponsel), hasil tes COVID-19, dan masih banyak lagi.
“Tim kami menemukan e-HAC tanpa hambatan, karena kurangnya protokol yang diterapkan oleh pengembang aplikasi. Tim kami dapat mengakses database ini karena benar-benar tidak aman dan tidak terenkripsi. Setiap kali kami menemukan pelanggaran data, kami menggunakan teknik ahli untuk memverifikasi pemilik basis data,” kata vpnMentor dalam laporannya yang diunggah pada laman vpnmentor.com.
“Pengembang e-HAC menggunakan database Elasticsearch tanpa jaminan untuk menyimpan lebih dari 1,4 juta catatan, dari sekitar 1,3 juta pengguna e-HAC. Kebocoran data ini mengekspos seluruh infrastruktur di sekitar e-HAC, termasuk catatan pribadi dari rumah sakit dan pejabat Indonesia yang menggunakan aplikasi tersebut,” tambahya.