Wakil Ketua KPK Alexander Marwata dalam konferensi pers penetapan tersangka Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Alexander Marwata menyebut, awalnya pada Jumat (22/11/2024), KPK menerima informasi terkait dugaan penerimaan uang oleh Anca, ajudan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, serta Isnan Fajri, Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu.
"Selanjutnya sebagai tindak lanjut atas laporan masyarakat tersebut, KPK bergerak ke Bengkulu. Selanjutnya pada tanggal 23 November 2024, sekitar pukul 07.00 tim mengamankan beberapa pihak," kata Alexander.
Alexander mengatakan, dalam OTT tersebut KPK mengamankan Syarifuddin, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bengkulu di kediamannya sekitar pukul 07.00 WIB.
Selanjutnya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, Syafriandi, di kediamannya sekitar pukul 07.30 WIB.
Kemudian, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bengkulu Selatan, Saidirman, sekitar pukul 08.30 WIB.
Lalu, Kepala Biro Pemerintahan dan Kesra Provinsi Bengkulu, Ferry Ernest Parera, diamankan di kediamannya sekitar pukul 08.30 WIB. Sementara Isnan Fajri diamankan di rumahnya sekitar pukul 16.00 WIB.
Kemudian, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUPR) Provinsi Bengkulu, Tejo Suroso, di kediamannya sekitar pukul 19.30 WIB dan Rohidin Mersyah diamankan di Serangai, Bengkulu Utara, sekitar pukul 20.30 WIB.
Sementara ajudannya, Evriansyah alias Anca, diamankan di Bandara Fatmawati Bengkulu.
Direktur Penyelidikan KPK, Asep Guntur, mengakui dalam penangkapan para tersangka di lapangan tidak mudah, lantaran Rohidin sempat berpindah-pindah lokasi saat kejadian.
"Jadi pada saat itu, saudara Rohidin itu lagi tidak ada di tempat, lagi ada di suatu tempat, kemudian kita pantau, dan kemudian yang bersangkutan kembali ke tempat semula. Saat kita lakukan penangkapan, dia pergi ke arah Padang, jadi sekitar mungkin 3 jam-an dari ini. Itu ada proses saling kejar lah disitu ya," ujar Asep Guntur.
Rohidin kemudian dibawa ke Mapolres untuk menjalani pemeriksaan sampai Minggu pagi (24/11/2024). Namun, karena banyak simpatisan Rohidin yang mengepung maka Gubernur Bengkulu itu akhirnya dipakaikan rompi Polantas.
"Yang paling dicari adalah Pak Rohidin, makanya itu kemudian dipinjamkan rompinya di sana, dalam rangka tadi kamuflase supaya tidak menjadi sasaran dari orang-orang yang ada disitu. Jadi, tidak pada saat pemeriksaan, tapi, hanya ketika ke luar," ucap dia.