Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Hal Terkait Program Barak Militer Ala Dedi Mulyadi bagi Siswa Nakal

Sejumlah siswa berjalan memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)
Intinya sih...
  • Program barak militer ala Dedi Mulyadi ditujukan untuk siswa nakal di Jawa Barat.
  • Mengincar siswa yang melakukan pelanggaran berat, seperti kekerasan dan tindakan kriminal.
  • Dijalankan selama 30 hari dengan sistem level dan melibatkan 45 variabel perilaku menyimpang.

Jakarta, IDN Times - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Barat (Jabar) Siska Gerfianti mengungkapkan sudah ada 272 siswa di Jabar yang masuk ke barak militer usai kebijakan ini dikeluarkan oleh Gubernur Dedi Mulyadi. Dia mengatakan mereka adalah siswa dari SMA dan SMK negeri serta swasta di Jabar. Dia mengatakan angka ini adalah akumulasi dari dibukanya pendaftaran setelah diberlakukan pada 1 Mei 2025. Dia mengatakan, anak-anak ini masuk barak militer dengan persetujan orang tua.

"Itu ada 272 peserta didik dari 106 sekolah, ada enam SMA, ada 15 SMK swasta, dan 53 SMAN negeri, dan 32 SMK swasta. Nah ini, kemarin itu, dari mulai dibuka pendaftaran itu, ternyata dari mulai puluhan sampai cut off terakhir itu, 7 Mei itu, yang terdaftar di 272 peserta didik. Yang ini memang sudah mendapatkan apa namanya, persetujuan orang tua, seperti itu," kata dia dalam media talk dengan Kementerian Pemberdayaan  Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Kamis (8/5/2025).

Maka ini adalah 4 hal yang perlu diketahui dari program pendidikan barak militer ala Dedi Mulyadi yang ditujukan untuk siswa nakal.

1. Solusi untuk siswa yang terindikasi indisipliner berat

Ilustrasi Tawuran (Foto: IDN Times)

Program barak militer ala Dedi Mulyadi menyasar siswa sekolah menengah atas yang terindikasi melakukan pelanggaran berat seperti kekerasan, merusak fasilitas umum, hingga tindakan kriminal.

Sasaran utama program ini adalah mereka yang dinilai berpotensi mengganggu ketertiban umum, dan atas rekomendasi pihak berwenang, memerlukan pembinaan lanjutan. Langkah ini diambil untuk memperbaiki moral serta menguatkan integritas dan tanggung jawab peserta didik.

2. Berlangsung 30 Hari dengan sistem level

IDN Times/Debbie Sutrisno

Program dijalankan selama 30 hari kalender. Terdiri dari dua hari masa orientasi, 14 hari pendidikan level dasar, dan 14 hari lanjutan. Jumlah level bisa disesuaikan dengan perkembangan peserta. 

3. Ada 45 variabel pelanggaran jadi tolak ukur

Anggota TNI merazia barang bawaan siswa sebelum memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Ada sekitar dari 45 variabel perilaku menyimpang yang dijadikan indikator dalam menyeleksi peserta program. Di antaranya adalah bullying, narkoba, tawuran, pelecehan seksual, perampokan, pergaulan bebas, hingga menyaksikan dan melakukan penyebaran video porno. Bahkan perilaku seperti tidak menghormati orang tua, kecanduan media sosial, dan tidak menjalankan ibadah sesuai agamanya pun termasuk dalam variabel.

4. Kurikulum yangh dimuat, mulai dari bela negara hingga kearifan budaya lokal

Siswa berada di barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Materi kegiatan meliputi bela negara, latihan kepemimpinan, nilai-nilai Pancasila, kesadaran sosial, serta penguatan nilai budaya lokal Jawa Barat. Pembinaan dilakukan secara fisik, mental, dan spiritual, termasuk pelajaran sesuai kurikulum sekolah yang berlaku. Kegiatan seperti baris-berbaris, bela diri militer, dan latihan kesemaptaan fisik menjadi bagian penting dari proses pembentukan karakter.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us