Ecocamp, Pendidikan Iklim Informal Bangun Kesadaran Lingkungan

Menjaga lingkungan harus dimulai sejak usia dini

Jakarta, IDN Times - Pengusaha muda kelahiran Bandung sekaligus pegiat lingkungan, Steven Setiawan, mengungkapkan bagaimana pentingnya pendidikan iklim informal bagi masyarakat. Melalui Ecocamp, dia berusaha membangun edukasi iklim sejak dini.

Hal itu disampaikan Steven dalam live Instagram dalam program “101 Climate Change Actions” yang diselenggarakan IDN Times, Kamis (9/12/2021).

IDN Times menjadikan Desember sebagai bulan Peduli Perubahan Iklim. Program tersebut tayang di Instagram @idntimes, setiap Senin hingga Jumat pukul 16.00-17.00 WIB.

1. Menjaga lingkungan bukan cuma tren

Ecocamp, Pendidikan Iklim Informal Bangun Kesadaran LingkunganSteven Setiawan, narasumber program 101 Climate Change Actions. (Tangkapan Layar Instagram.com/idntimes)

Steven adalah satu dari dua wakil Indonesia untuk acara Pra-COP Youth, "Youth4Climate: Driving Ambition" yang diselenggarakan di Milan, Italia, pada 28-30 September 2021. Saat ini, ia sedang bekerja sebagai tim program di Ecocamp, Bandung.

“Ecocamp sudah ada sejak 2014. Tetapi inisiasinya itu sudah ada sejak 2012, bahkan 2002," kata Steven.

Ecocamp adalah suatu yayasan yang memiliki program pendidikan lingkungan hidup nonformal. Yayasan ini memberikan program secara daring maupun luring untuk anak-anak, pemuda, hingga dewasa, agar mereka sadar secara pribadi bahwa menjaga lingkungan bukanlah tren belaka.

"Tetapi menyadari secara penuh bahwa manusia adalah bagian kecil dari alam dan menyelamatkan lingkungan berarti menyelamatkan diri sendiri,” sambung Steven.

2. Dimulai dari sejak usia dini

Ecocamp, Pendidikan Iklim Informal Bangun Kesadaran LingkunganSalah satu program yang dijalankan Ecocamp. (instagram.com/eco.learningcamp)

Steven menjelaskan bagaimana kegiatan pendidikan iklim informal ini berkelanjutan. Ia menyatakan semuanya berawal dari usia dini.

“Kami lebih menyasar kepada anak-anak, karena kalau ke orang dewasa mereka biasanya mencari kegiatan yang sifatnya rekreasional. Kami memiliki ciri khas setiap akhir program ditutup dengan melakukan komitmen tertulis, karena untuk melatih motorik supaya selalu ingat," tutur dia.

Steven mengatakan Ecocamp belum lama menerima kunjungan beberapa SMP dan membimbing 24 proyek yang dijalankan murid SMP berkaitan dengan lingkungan hidup.

"Kami ingin memastikan bahwa program-program yang ada bukan one-hit-run. Tapi kami ingin programnya berkelanjutan. Karena kalau saya lihat kembali pengalaman ke konferensi iklim di Milan, Italia, ada namanya Masyarakat Sadar Iklim dan itu dimulai anak-anak serta keluarga masing-masing,” kata dia.

3. Membangun kesadaran

Ecocamp, Pendidikan Iklim Informal Bangun Kesadaran LingkunganSteven Setiawan (berdiri paling kanan). (instagram.com/stevenset2015)

Selain itu, Steven mengungkapkan tantangan yang dihadapi pihak-pihak yang mencoba berperan dalam perubahan iklim lewat pendidikan iklim informal. Dia menyebut kesulitannya adalah adanya kesan dari pendidikan iklim informal itu sendiri, yang seakan-akan hanyalah suatu pilihan, bukan kewajiban.

“Tantangan bagi pendidikan iklim informal adalah karena ini sifatnya tidak wajib atau pilihan. Orang-orang memiliki kebebasan untuk memilih atau tidak. Masalahnya adalah bagaimana kami bisa meyakinkan orang-orang untuk mengikuti sesuatu yang kelihatannya pilihan, padahal, ini adalah permasalahan yang genting," kata dia.

Lewat pendidikan iklim informal ini, Steven berharap yayasannya bisa  menanamkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan. Karena begitu mereka sadar, orang tidak akan berubah lagi.

"Membangun kesadaran itu tidak mudah karena bukan hanya di pikiran, tetapi juga di hati. Makanya program kami biasanya tidak hanya berlangsung satu hari," kata dia.

Baca Juga: Cerita Steven Setiawan Raih Kesadaran Menjaga Lingkungan

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya