LSI Denny JA Ungkap 6 Strategi Menghadapi New Normal 

Era PSBB dinilai sudah bisa berganti ke era new normal

Jakarta, IDN Times - Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA menganggap era Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Indonesia bisa berganti dengan era new normal. LSI Denny JA menilai new normal bisa membuat Indonesia menjadi lebih baik, baik kesehatan masyarakatnya maupun ekonominya.

Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, menjelaskan lembaganya mengeluarkan enam strategi yang bisa mendukung keberhasilan pelaksanaan new normal di Indonesia. Strategi pertama yaitu, tingkat pembatasan diturunkan ke level RT atau RW.

"Pembatasan bisa diubah menjadi pembatasan sosial berskala kecil di tingkat RT atau RW atau desa atau klaster tertentu saja dalam wilayah yang dikategorikan zona merah," ujarnya pada Jumat (5/6).

Dengan demikian wilayah yang tidak terpapar atau zona hijau dapat beraktivitas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

1. Satu area bisa ditutup sesuai perkembangan kasus

LSI Denny JA Ungkap 6 Strategi Menghadapi New Normal Poto pelanggar PSBB di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Strategi kedua yaitu pembatasan sosial berskala kecil di level RT atau RW atau pun klaster dapat disesuaikan dengan perkembangan kasus di wilayah tersebut. Misalnya saja, jika kasusnya telah menurun atau terkontrol, maka wilayah dapat dibuka. Namun harus ditutup kembali jika kasus mengalami peningkatan.

Ia menilai dengan lingkup yang lebih kecil maka secara teknis pemerintah daerah akan lebih mudah melakukan penutupan dan pembukaan pembatasan terhadap wilayah atau klaster tertentu.

"Tentunya, pemerintah tetap memperbanyak jumlah tes dan contact tracing agar memudahkan dalam melakukan meeting wilayah penyebaran," katanya.

2. Pemimpin masyarakat harus aktif terlibat dalam menjaga wilayahnya

LSI Denny JA Ungkap 6 Strategi Menghadapi New Normal Anies Baswedan usai Salat Jumat di Balai Kota DKI Jakarta (Dok. Istimewa)

Selanjutnya Rully menjelaskan strategi ketiga, yaitu pemimpin masyarakat harus terlibat aktif dalam menjaga wilayahnya dari penyebaran COVID-19. Pemimpin masyarakat terdiri dari tokoh agama, pemimpin di sektor pendidikan, pimpinan perusahaan atau pun tokoh adat.

"Mereka juga bisa berasal dari pimpinan organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan pemimpin organisasi buruh pedagang petani dan lain-lain," jelasnya.

3. Kelompok rentan harus lebih dilindungi

LSI Denny JA Ungkap 6 Strategi Menghadapi New Normal ilustrasi. Pasien sembuh dari COVID-19 ( ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Ia menjelaskan strategi keempat adalah perlindungan lebih terhadap kelompok yang dianggap rentan terhadap COVID-19. Misalnya saja, dari data Gugus Tugas menunjukkan lebih dari 80 persen pasien meninggal akibat COVID-19 berada pada usia 45 tahun ke atas.

Selain berusia 45 tahun, mereka juga disertai dengan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit paru kronis.

"Artinya, mereka yang usianya di atas 45 tahun dan atau punya punya 5 penyakit penyerta tersebut lebih diutamakan untuk dilindungi atau diperlakukan khusus di tempat kerja dan di rumah rumah," jelasnya.

4. Masyarakat harus memperkuat imunitas tubuh

LSI Denny JA Ungkap 6 Strategi Menghadapi New Normal Ilustrasi Buah (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Rully menjelaskan, sesuai dengan penjelasan para ilmuwan, salah satu kunci menahan laju penyebaran virus dan kematian akibat COVID-19 adalah daya tahan tubuh. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan imunitas tubuh secara mandiri seperti makan yang bergizi mengonsumsi suplemen atau vitamin dan berolahraga.

"Selama vaksin belum ditemukan menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh adalah salah satu strategi di era new normal," ujarnya.

5. Perkuat dan lengkapi peralatan medis

LSI Denny JA Ungkap 6 Strategi Menghadapi New Normal Ilustrasi pakaian hazmat dan APD lengkap (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Hal yang tidak kalah pentingnya untuk tetap dilakukan pada era new normal adalah memperkuat dan melengkapi peralatan medis. Hal itu pun harus dilakukan secara merata di wilayah-wilayah Indonesia.

"Mulai dari fasilitas rumah sakit, laboratorium, alat test, APD dan lainnya," tuturnya.

Strategi ini untuk tetap memastikan bahwa jika terdapat tambahan kasus di wilayah tertentu fasilitas kesehatan mampu untuk menangani hal tersebut.

Baca Juga: Pengamat: Indonesia Gak Menyongsong New Normal, tapi New Backward!

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya