Perokok Usia Anak Meningkat, SAPTA Desak Diskon Rokok Dicabut

"Nanti yang ada bukan Indonesia emas tapi Indonesia cemas."

Jakarta, IDN Times - Koordinator Solidaritas Advokasi Publik untuk Pengendalian Tembakau Indonesia (SAPTA) Tubagus Haryo Karbyanto mengatakan bahwa ironi diskon rokok bukan membuat generasi Indonesia emas tetapi membuat Indonesia cemas.

Menurutnya, kebijakan diskon rokok dapat membuat angka perokok khususnya remaja akan terus bertambah. Hal itu, kata dia, akan mempengaruhi kualitas SDM.

"Kebijakan diskon rokok menjadi ganjalan bagi pemerintah yang bercita-cita menurunkan tingkat konsumsi rokok di Indonesia" ujar Haryo saat menjadi pembicara dalam acara "Ironi Diskon Rokok di Tengah Visi Jokowi Membangun Manusia Indonesia" pada Selasa (20/8) di Jakarta.

Baca Juga: Penyederhanaan Cukai Dinilai Ancam Industri Rokok

1. Angka prevalensi perokok anak di Indonesia terus meningkat

Perokok Usia Anak Meningkat, SAPTA Desak Diskon Rokok DicabutIDN Times/Aldzah Fatimah Aditya

Dia menjelaskan bahwa angka prevalensi perokok anak terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018, prevalensi perokok pada remaja usia 10 sampai 18 tahun mengalami peningkatan sebesar 1,9 persen.

"Angkanya (prevalensi perokok anak) terus bertambah. Tahun 2013 berada di 7,20 persen. Sedangkan 2018 menjadi 9,10 persen," ujar Tubagus.

Menurutnya, peningkatan angka prevalensi perokok anak dapat menjadi penghalang terciptanya SDM unggul sesuai dengan visi presiden Jokowi.

"Ironi kalo ga di-mantain nanti jadi tragedi, tahun 2045 kan katanya tahun Indonesia emas. Tapi kalo ga di-mantain dengan baik, Indonesia jadi cemas" ujarnya.

2. Jangan terjebak pada keuntungan finansial

Perokok Usia Anak Meningkat, SAPTA Desak Diskon Rokok DicabutIDN Times/Aldzah Fatimah Aditya

Haryo menilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) salah dalam memaknai filosofi cukai. Menurutnya, mindset yang terbangun dan dijalankan oleh Kemenkeu tentang diskon rokok adalah mindset revenue (keuntungan), "dan terjebak pada keuntungan finansial semata. Kesalahan besar regulator yakni melegalkan penjualan harga rokok di bawah harga banderol yang tertera dalam pita cukai."

Menurutnya, pendapatan negara memang akan bertambah apabila penjual rokok terus meningkat. Akan tetapi, kata Haryo, itu akan bersinggungan dengan melahirkan masalah baru yakni meningkatnya pengeluaran negara demi jaminan kesehatan para pecandu rokok.

3. Kebijakan diskon rokok harus segara dicabut

Perokok Usia Anak Meningkat, SAPTA Desak Diskon Rokok DicabutIDN Times/Aldzah Fatimah Aditya

Dengan demikian, Tubagus mengaharapkan agar kebijakan diskon rokok dicabut. Menurutnya, hal itu harus dilakukan demi mencapai SDM unggul seperti visi yang sedang digaungkan Presiden Jokowi.

"Menjadi ganjalan bagi pemerintah yang bercita-cita menurunkan tingkat konsumsi rokok di Indonesia. Alangkah bijaksananya kebijakan diskon rokok segera dihapus demi tercapainya kepentingan bangsa bersama,” tutup Tubagus.

Baca Juga: Komnas Tuding Industri Tembakau Tampilkan Kepatuhan Palsu

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya