Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251007-WA0178.jpg
Alat berat saat berada di lokasi Ponpes Al Khoziny yang ambruk. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Intinya sih...

  • Tragedi kemanusiaan terbesar di Indonesia pada 2025

  • Polemik Al Khoziny ingin dibangun kembali pakai APBN

  • Menag sebut apa salahnya negara membantu

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Suasana Senin (29/9/2025), di waktu salat Asar, musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Kabupaten Jawa Timur berubah mencekam. Ratusan santri tertimbun ambruknya gedung.

Deputi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bidang penanganan darurat, Budi Irawan pada Selasa (7/10/2025) mengatakan semua jenazah korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny sudah ditemukan oleh tim satuan gabungan evakuasi. Total ada 63 jenazah yang tertimbun reruntuhan musala.

"Sekarang di area tersebut sudah rata dengan tanah. Sangat kecil kemungkinan masih ada jenazah di situ. Yang ditemukan adalah 61 jenazah dalam bentuk utuh, kemudian ada tujuh body part. Perkiraan kami 63 (jenazah) dimungkinkan," ujar Budi di posko tanggap darurat di Sidoarjo, Jawa Timur.

Kepastian jumlah korban meninggal mencapai 63 orang menunggu hasil pemeriksaan DNA dari Disaster Victim Identification (DVI). Sebab, personel DVI sedang menganalisa tujuh bagian tubuh itu milik korban yang mana.

Apakah tujuh bagian tubuh itu berdiri sendiri atau korban lebih dari 63 orang. Ini semuanya baru perkiraan," tutur dia.

Ia menambahkan tujuh bagian tubuh yang ditemukan tersebut merupakan bagian dari dua tubuh manusia yang semula dinyatakan hilang. Sementara, data dari Badan SAR Nasional menyebut total korban meninggal mencapai 67 orang. Lalu, 171 orang sudah berhasil dievakuasi.

Direktur operasi Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo mengatakan dari 67 korban meninggal itu, delapan di antaranya adalah body part. Kemudian, korban selamat mencapai 104 orang.

1. Tragedi kemanusiaan terbesar di Indonesia pada 2025

Infografis (IDN Times/Adit)

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mengatakan, ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo menjadi bencana nonalam dengan korban terbanyak sepanjang 2025.

Menurut dia, peristiwa yang sudah menghilangkan 61 nyawa santri ini jadi bencana dengan jumlah korban meninggal dunia terbanyak sejak Januari hingga Oktober 2025. Penyebabnya adalah kegagalan struktur penyangga bangunan yang dinilai jauh dari kata standar.

“Ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo menjadi bencana nonalam, kegagalan teknologi dengan korban meninggal dunia terbanyak sepanjang tahun 2025. Ini mesti kita jadikan atensi dan antisipasi agar tidak terjadi di kemudian hari,” ujar Pratikno, dikutip Sabtu (11/10/2025).

2. Polemik Al Khoziny ingin dibangun kembali pakai APBN

Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti di gedung KPAI, Kamis (30/1). / Dok. IDN Times

Pemerintah berencana membangun kembali Pondok Pesantren Al Khoziny menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Wacana ini menjadi pro dan kontra.

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengkritisi rencana pemerintah yang mewacanakan pembangunan Pondok Pesantren Al Khoziny ambruk dengan APBN.

Menurut FSGI, langkah ini malah melukai rasa keadilan keluarga korban. Tragedi ini dinilai tak akan pernah jadi pelajaran lembaga pendidikan untuk melindungi anak-anak saat menempuh pendidikan.

”Jangan sampai pihak yang lalai dan mengakibatkan 67 anak meninggal dunia malah diberi hadiah dengan biaya APBN. Ini sangat tidak adil dan melukai perasaan para korban serta publik," kata Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti, dikutip Senin (13/10/2025).

3. Menag sebut apa salahnya negara membantu

Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar dalam acara Malam Bakti Santri untuk Negeri yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Jumat (24/10/2025) (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Sementara itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan penggunaan dana APBN untuk pembangunan kembali Pondok Pesantren Al Khoziny merupakan bentuk balas budi negara terhadap jasa nenek moyang yang mendirikan negeri ini.

“Santri itu kan juga manusia. Apalagi pesantren itu 300 tahun lamanya mengabdikan diri untuk menciptakan keadaban Indonesia. Tiba-tiba ada 1.200 orang, bangunannya rusak. Mereka mau belajar di mana? Sementara nenek moyangnya yang ikut menjadikan negeri ini. Apakah salah kalau pemerintah membantu itu? Saya kira ada penyesuaian-penyesuaian bahasa nanti. Itu yang kita harapkan,” ujar Menag di Jakarta, Selasa (21/10/2025).

4. Cak Imin sebut pembangunan Al Khoziny pakai APBN bentuk nyata kehadiran negara

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar rapat bersama Menteri Agama, Nasaruddin Umar di rumah dinasnya, di kawasan Widya Chandra, Jakarta, Selasa (7/10/2025) (dok. Istimewa)

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menjelaskan pembangunan kembali Pondok Pesantren Al Khoziny menggunakan APBN, merupakan bentuk nyata kehadiran pemerintah dalam menjamin kenyamanan dan keamanan santri dalam menuntut ilmu.

Menurut Cak Imin, tanggung jawab negara tidak hanya sebatas mendukung pendidikan, tetapi juga memastikan para santri dapat belajar dengan rasa aman.

“Bagi pemerintah, yang utama adalah memberikan perlindungan agar santri bisa belajar dengan aman dan nyaman. Itu merupakan wujud nyata kehadiran pemerintah,” ujar Cak Imin di Kantor Kemenko PM, Jakarta, Selasa, 14 Oktober 2025.

5. Apa kata Menteri Keuangan?

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. (IDN Times/Triyan).

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengaku menerima pesan WhatsApp yang meminta agar perbaikan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pesan itu ia terima setelah menyatakan bahwa dirinya akan terlebih dahulu mempelajari proposal perbaikan ponpes yang ambruk pada Senin (29/9/2025).

“Waktu itu saya bilang, saya akan lihat dulu proposalnya. Tapi sudah ada yang WA saya, katanya, ‘jangan pakai APBN, nanti (pondok pesantren) yang lain iri,’” ujar Purbaya di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Sayangnya, Purbaya tidak menyebutkan siapa pihak yang mengirim pesan tersebut. Ia juga menyampaikan bahwa hingga kini belum menerima proposal resmi terkait permintaan bantuan perbaikan ponpes dari APBN.

Meski demikian, Purbaya mengatakan belum bisa memberikan keputusan apapun sebelum melihat usulan resmi. Keputusan akan segera diambil begitu ia mempelajari proposal yang masuk.

"Saya belum tahu apa yang terbaik, tapi nanti begitu lihat proposalnya, saya akan putuskan,” ucap dia.

6. Prabowo setuju pembentukan Ditjen Pesantren salah satu dasarnya dari peristiwa Al Khoziny

Presiden Prabowo Subianto (dok. Sekretariat Presiden)

Presiden Prabowo Subianto menyetujui pembentukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pondok Pesantren di bawah Kementerian Agama (Kemenag). Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, mengatakan, langkah ini merupakan bentuk perhatian besar terhadap lembaga pendidikan berbasis keagamaan di Indonesia.

Prasetyo mengatakan, gagasan pembentukan Ditjen Pesantren berawal dari peristiwa yang menimpa Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo. Dari peristiwa tersebut, pemerintah menemukan perlunya perhatian yang lebih serius terhadap kondisi pesantren di seluruh Indonesia.

“Baik, berkenaan dengan masalah izin Ditjen Pondok Pesantren, memang itu bermula dari beberapa waktu yang lalu ada kejadian yang menimpa saudara-saudara kita di Pondok Pesantren Al-Khoziny Sidoarjo yang kemudian dari peristiwa itu kita mendapatkan fakta bahwa tampaknya kita semua pemerintah perlu untuk memberikan perhatian yang lebih kepada pondok-pondok pesantren kita yang menurut data yang tercatat hari ini berjumlah kurang lebih 42 ribu pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/10/2025

Dia mengatakan, Presiden Prabowo sangat menaruh perhatian terhadap pondok pesantren, baik dari aspek keamanan maupun pendidikan. Menurut dia, banyak bangunan pesantren yang belum memenuhi standar keamanan sehingga perlu dilakukan evaluasi secara teknis oleh pemerintah.

"Nah, Bapak Presiden juga sangat concern dalam hal pondok pesantren ini untuk beberapa hal. Pertama, berkaitan dengan masalah keamanan bangunan-bangunan pondok pesantren yang dari data banyak bangunan-bangunan pondok pesantren kita yang belum melalui prosedur untuk dari sisi keamanan, ya, sehingga Bapak Presiden memberikan petunjuk untuk kepada kita yang diwakili oleh Kementerian PU untuk melakukan asesmen terhadap bangunan-bangunan pondok pesantren kita dari sisi keamanan secara teknis,” ujar dia.

Editorial Team