TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Ternak Maggot Arky Gilang yang Bermanfaat bagi Sekitar

Ternak maggot bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat

Arky Gilang Wahab (paling kiri). (instagram.com/arkygilang)

Jakarta, IDN Times - Founder Greenprosa yang juga Ketua Duta Petani Millennial Banyumas, Arky Gilang Wahab, menyampaikan perkembangan budi daya ulat maggot yang dijalankannya untuk melestarikan lingkungan. Hal itu disampaikan Gilang dalam program “101 Climate Change Actions” yang diselenggarakan IDN Times pada 1-30 Desember 2021.

IDN Times menjadikan Desember sebagai bulan Peduli Perubahan Iklim. Program tersebut tayang di Instagram @idntimes, mulai pukul 16.00 WIB. 

Baca Juga: Kisah Arky Gilang Pilih Budidaya Maggot Demi Lestarikan Bumi

1. Tantangan dari keluarga

Arky Gilang Wahab, narasumber 101 Climate Change Actions. (Tangkapan Layar Instagram.com/idntimes)

Arky Gilang Wahab merupakan seorang sarjana teknik geodesi lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2009. Ia mengatakan bisnis ternaknya bermula dari kepulangannya ke kampung halaman di Banyumas.

Ia mengaku awalnya mendapat tantangan dari keluarga untuk membuat sesuatu di sana.

"Di Geodesi saya juga ada usaha di bidang pemetaan. Awalnya mengelola sampah ini pada 2018. Saya awalnya tinggal di Bandung. Pada 2018, saya sering pulang kampung ke Purwokerto. Saya dapat tantangan dari keluarga untuk bikin sesuatu yang bermanfaat di Banyumas. Saat itu kondisinya darurat sampah karena musim hujan dan segala macam. Akhirnya sama adik dan rekan-rekan penggiat lingkungan di sini, pada 2018 akhir kami mulai mengelola sampah. Dari awalnya satu desa sampai sekarang sudah mengurus 5.800 rumah dan 80-an instansi seperti pasar, hotel, kantor, dan lain-lain," ungkap Arky.

2. Momentum pandemik COVID-19

Ilustrasi sampah organik. (tasteofhome.com)

Arky menyampaikan pandemik COVID-19 menjadi momentum yang membuatnya yakin bisnis yang dijalankan akan bertahan lama. Ia juga menyampaikan jika ia yakin bahwa yang ia jalankan akan memiliki muatan yang mulia.

"Momennya itu kondisi pandemik kemarin, 2020 akhir, 2021 awal. Kami masuk dalam sektor kritikal. Kami berusaha meyakinkan diri untuk tetap jalan. Sehari kami menerima 13 truk penuh sampah," kata dia.

"Bayangkan bagaimana kalau kita setop, dampak buruknya pasti akan luar biasa. PPKM itu sampah organik semakin menumpuk. Akhirnya kita di situ bekerja ekstra memikirkan bagaimana caranya agar tetap stabil. 2021 awal kami mulai scale up," ucap Arky.

3. Bermanfaat untuk sekitar

Ilustrasi petani. (pexels.com/Pixabay)

Arky mengatakan maggot sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Maggot telah membantu para petani dan pembudidaya ikan di kampung halamannya.

"Maggot di sini ada dua hasil. Sampah organik setelah diurai maggot jadi pupuk. Kondisi pandemik membuat mayoritas petani kesulitan pupuk. Apa jadinya kalau mereka setop. Kami akhirnya sempat memberi mereka pupuk gratis sebanyak hampir lima hingga 10 ton dan sekarang digunakan. Sampai sekarang kami menjual pupuk dengan harga yang relatif murah ke para petani," ungkap Arky.

"Yang kedua kami jual ke pembudidaya ikan. Mereka juga merasakan efek pandemik. Saya juga jual larva ke pembudidaya ikan dengan setengah harga dari umpan ikan biasa. Akhirnya mereka bisa mulai bangkit lagi," lanjutnya.

Baca Juga: 10 Potret Budidaya Maggot, Si Mutiara Hitam yang Digandrungi Peneliti Unnes

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya