TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta TMII yang Pindah Tangan dari Keluarga Cendana ke Kemensetneg

Nilai aset TMII ditaksir Rp20 triliun

TMII (Instagram/tmiiofficial)

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo telah mengumumkan pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) resmi diambil alih Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), dalam terbitan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2021.

Selama ini, TMII dikelola Yayasan Harapan Kita di bawah pimpinan keluarga Cendana, Siti Hardiyanti Indra Rukmini atau yang akrab dikenal Tutut Soeharto. Lantas apa yang menyebabkan pengelolaan aset TMII diambil alih negara? Yuk kenali lebih jauh seluk beluk berdirinya TMII hingga pengelolaannya selama 44 tahun terakhir.

Baca Juga: Istana Bantah Jokowi Akan Bentuk Yayasan Keluarga untuk Kelola TMII

1. TMII dibangun untuk memperkenalkan ragam budaya dan menumbuhkan rasa bangga pada bangsa Indonesia

TMII (Instagram/tmiiofficial)

TMII merupakan kawasan wisata yang berlokasi di Jakarta Timur yang terbentang seluas kurang lebih 150 hektare atau 1,5 kilometer persegi, dan terletak pada titik koordinat 6 derajat 18'6.8'' Lintang Selatan, 106 derajat 53'47.2'' Bujur Timur. 

Dikutip dari laman TMII, ide awal pembangunan miniatur yang mewakili ragam budaya Indonesia ini dicetuskan Ibu Negara, Siti Hartinah atau yang lebih akrab disapa Ibu Tien Soeharto. Gagasan pembangunan miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan Ibu Tien pada suatu pertemuan di Jalan Cendana nomor 8 Jakarta pada 13 Maret 1970.

Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di taman ini. Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam dan lanskap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.

Gagasan tersebut makin mantap setelah Ibu Tien selaku ibu negara menyertai perjalanan kerja Presiden Soeharto ke berbagai negara, di mana ia mendapat kesempatan mengunjungi objek-objek wisata di luar negeri, di antaranya Disneyland Amerika Serikat dan Timland di Muangthai.

Kunjungan Ibu Tien Soeharto ke objek-objek wisata tersebut mendorongnya untuk mewujudkan ide ke dalam suatu proyek, dengan membuat taman tempat rekreasi yang mampu menggambarkan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuknya yang mini.

Gagasan itu muncul setelah Ibu Tien mendengarkan dan menghayati isi pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan Umum DPR GR 1971.

Pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara, yang juga dihadiri Presiden Soeharto, Ibu Tien dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud, untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur Indonesia "Indonesia Indah" di depan umum.

2. Pembangunan TMII tahap pertama selesai dalam tiga tahun

TMII (Instagram/tmiiofficial)

Demi mewujudkan rasa cinta Tanah Air pada seluruh bangsa Indonesia, maka dimulailah proyek miniatur "Indonesia Merdeka" yang dilaksanakan Yayasan Harapan Kita. Bangunan TMII mulai dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975. 

Seperti yang kita semua tahu bahwa Indonesia kaya akan ragam budaya, tersebar dari Sabang hingga Merauke. Maka itu, TMII dibangun untuk memperkenalkan ragam budaya dan menumbuhkan rasa bangga pada bangsa Indonesia.

Dengan surat Yayasan Harapan Kita, Ibu Tien menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelaikan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan. Pada 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara berkesinambungan.

Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants, berikut pembuatan jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan.

Sedangkan, rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek. Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian keseluruhannya. Berkat kerja sama semua potensi nasional yakni masyarakat di sekitar lokasi, pemerintah usat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai.

3. Anjungan daerah versi mini mewakili bangunan dan budaya 33 provinsi di Indonesia

TMII (Instagram/tmiiofficial)

Untuk mewujudkan corak budaya Indonesia yang beragam, dibangunlah anjungan daerah versi mini yang mewakili bangunan dan budaya 33 provinsi di Indonesia. Dalam setiap anjungan tak hanya menunjukkan rumah adat, namun juga menampilkan budaya lain seperti baju adat dan ciri khas masing-masing provinsi.

Tak hanya anjungan daerah, sejumlah bangunan lain juga ditampakkan untuk memperindah kawasan TMII. Di tengah-tengah tempat wisata terdapat sebuah danau yang memproyeksikan gambaran kepulauan Indonesia, wisata kereta gantung, berbagai museum, Teater Tanah Airku, dan Teater IMAX Keong Mas.

Ragam rekreasi yang bisa dinikmati inilah yang kemudian menjadikan TMII wisata terkemuka di Jakarta, dan juga Indonesia. TMII memiliki maskot berupa seekor hanuman yang diberi nama Nitra (Anjani Putra), nama ini diresmikan Ibu Tien Soeharto pada perayaan dwi-windu TMII pada 1991.

4. Yayasan Harapan Kita dikelola keluarga Cendana sejak 44 tahun lalu

TMII (Instagram/tmiiofficial)

Ibu Tien Soeharto sudah menggandeng Yayasan Harapan Kita sejak awal memulai proyek TMII ini, sehingga secara natural yayasan ini menjadi lembaga yang mengelola dan mengurus segala administrasi di lokasi wisata ini. 

Yayasan Harapan Kita telah mengelola TMII selama 44 tahun. Yayasan ini diurus keluarga Cendana yakni Soehardjo Soebardi, Bambang Trihatmodjo, dan diketuai Siti Hardiyanti Indra Rukmana atau Tutut Soeharto.

Tak hanya TMII, sebelumnya Yayasan Harapan Kita juga mendirikan Rumah Sakit Harapan Kita yang diresmikan pada 9 November 1985. Kepemilikan rumah sakit ini juga sempat gonta-ganti, namun akhirnya resmi diurus di bawah naungan Kementerian BUMN melalui Peraturan Pemerintah Nomor 126 Tahun 2000 dan statusnya berubah menjadi BUMN.

Baca Juga: Moeldoko: Yayasan Harapan Kita Rugi Rp50 Miliar Kelola TMII 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya