TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Profil Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj yang Terpapar COVID-19

Gus Dur menjuluki Said Aqil sebagai kamus berjalan

Ketua PBNU Kiai Said Aqil Siradj saat ditemui di Mapolda Jatim. IDN Times/Fitria Madia

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj dikabarkan positif COVID-19 pada Sabtu 29 November 2020 sekitar pukul 19.30 WIB. Said Aqil kini tengah menjalani perawatan untuk menyembuhkan penyakitnya itu.

Said Aqil Siradj lahir pada 3 Juli 1953 di sebuah desa bernama Kempek, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Said adalah anak dari Pengasuh Pondok Pesantren Kempek Aqil Siradj yang merupakan putra Kiai Siradj, yang masih keturunan Kiai Muhammad Said Gedongan. 

Dikutip dari nu.co.id, Kiai Said Gedongan merupakan ulama yang menyebarkan Islam dengan mengajar di pondok pesantren dan turut berjuang melawan penjajah Belanda. Mengikuti jejak kakek dan ayahnya, Said pun tumbuh menjadi pribadi yang sangat dekat dengan Islam.

Baca Juga: Ketua Umum PBNU Said Aqil Positif COVID-19

1. Said Aqil mendalami Islam dari ayah dan pondok pesantren

[Ilustrasi] Kegiatan para santri Pesantren (IDN TimesPrayugo Utomo)

Pemahaman tentang Islam tumbuh dalam diri Said dengan belajar mengaji ke ayahnya dan ulama di sekitar Cirebon. Saat remaja, Said belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Setelah selesai di tingkatan Aliyah, ia melanjutkan kuliah di Universitas Tribakti yang lokasinya masih dekat dengan Pesantren Lirboyo. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan di Yogyakarta tepatnya di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak di bawah bimbingan KH Ali Maksum.

2. Said memutuskan hijrah ke Makkah pada 1980 dan sering pindah kontrakan

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (Dok. Istimewa)

Selain mengaji di Pesantren Krapyak, Said juga belajar di IAIN Sunan Kalijaga. Namun, ia masih merasa belum puas belajar di dalam negeri.

Pada 1980, Said bersama sang istri, Nurhayati, hijrah ke Makkah, Arab Saudi. Di sana ia belajar di Universitas King Abdul Aziz dan Ummul Qurra, dari sarjana hingga doktoral.

Setelah kelahiran putra-putranya, laki-laki yang juga akrab dipanggil Kang Said tersebut harus bekerja sampingan di toko karpet besar untuk menambah pemasukan. Dengan keterbatasan biaya, Said berserta keluarga sering pindah-pindah kontrakan untuk mencari yang lebih murah.

3. Berteman dekat dengan Gus Dur, dan berhasil menyelesaikan studi S3 di Makkah pada 1994

Suasana Jamaah Haji di depan Ka'bah, Masjidil Haram, Makkah (IDN Times/Umi Kalsum)

Setelah 14 tahun hidup di Makkah, Said akhirnya berhasil menyelesaikan studi S3 pada 1994 dengan predikat Cumlaude. Ketika bermukim di Makkah, Said juga menjalin persahabatan dengan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Kala itu, Gus Dur sering berkunjung ke kediaman Said bahkan sampai menginap. Said dan Gus Dur pun menghabiskan waktu sampai malam untuk sekedar berdiskusi. Selain itu, Kang Said juga sering diajak Gus Dur bertamu ke rumah ulama terkemuka di Arab, salah satunya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.

Baca Juga: Said Aqil Positif COVID-19, Menag Fachrul Doakan agar Cepat Sembuh

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya