TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Setahun Corona, PKS: Keselamatan Rakyat Tak Dijadikan Prioritas Utama 

Kerumunan saat Jokowi di NTT dinilai cacat keteladanan

Ilustrasi pemakaman jenazah COVID-19 (IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati)

Jakarta, IDN Times – Pandemik COVID-19 di Indonesia genap satu tahun pada Selasa (2/3/2021) besok. Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu menilai, pemerintah sejak awal kurang mengantisipasi dan menangani situasi ini. Sebab, terlalu banyak catatan terkesan meremehkan.

“Keselamatan rakyat yang dinyatakan sebagai hukum tertinggi tampak tidak menjadi prioritas utama, bahkan dilanggar,” katanya dalam acara pembukaan Rakernas PKS Tahun 2021 melalui virtual, Senin (1/3/2021).

Baca Juga: [LINIMASA-5] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

1. Kegiatan Jokowi di NTT yang picu kerumunan dinilai sebagai cacat keteladanan

Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Ia juga mengungkit soal kegiatan Presiden Joko “Jokowi” Widodo di NTT beberapa waktu lalu, yang memicu terjadinya kerumunan. Menurutnya, hal itu sangat menyedihkan dan merepresentasikan cacat keteladanan.

“Mempertontonkan cacat keteladanan dan cacat penegakkan hukum dihadapan publik dengan melanggar protokol kesehatan COVID-19, menciptakan kerumunan yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa rakyat di NTT,” kata Syaikhu.

2. Kasus COVID-19 di Indonesia masih terus meningkat

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Ahmad Syaikhu menyadari bahwa kasus positif COVID-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan. Dari dua kasus pada saat pertama kali diumumkan, hingga kini mencapai lebih dari 1,3 juta kasus. Angka kematian akibat COVID-19 juga terus meningkat, kini berjumlah 35 ribu lebih.

“Dengan capaian ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang tertinggi tingkat kasus dan jumlah korban meninggalnya di Asia,” katanya.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa data di akhir Februari 2021 mencatat jumlah total spesimen yang diperiksa sebanyak 10,7 juta, atau baru 4 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

“Angka 4 persen ini termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah tes terendah di dunia. Positivity rate atau rasio kasus positif di Indonesia juga sangat tinggi, padahal standar WHO seharusnya di bawah lima persen,” lanjutnya.

3. Pandemik masih tidak terkendali, Indonesia belum baik-baik saja

Seorang ibu melihat proses pemakaman jenazah keluarganya yang meninggal dunia karena COVID-19 di TPU Srengseng Sawah, Jakarta, Kamis (14/1/2021). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka area pemakaman untuk jenazah COVID-19 di TPU Srengseng Sawah karena Taman Pemakaman Umum (TPU) khusus COVID-19 telah penuh. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

Ia pun menyimpulkan, deretan angka statistik tersebut bukanlah hanya angka semata. Ia menilai laporan statistik itu adalah gambaran nyata bangsa Indonesia masih dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

“Pandemik masih belum terkendali,” katanya.

Bukan hanya itu, Ahmad mengatakan bahwa pandemik memunculkan dampak berdimensi luas. Menyangkut ekonomi, sosial, budaya bahkan politik.

“Banyak saudara-saudara kita pegiat UMKM yang terdampak, banyak pekerja yang di PHK, pengangguran jadi meningkat, kemiskinan meluas, kesenjangan semakin menganga dan dampak buruk lainnya,” ucap dia.

Baca Juga: Transpuan di Masa Pandemik: Pekerjaan Sirna, Bansos Tak Kunjung Tiba

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya