TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Akademisi Sebut Lempeng Selatan Malang Mudah Patah  

Lempeng selatan mengalami pergeseran setiap tahun 

Pembersihan puing puing bangunan teris dilakukan masyarakat dibantu aparat TNI dan Polri di Desa Wirotaman, Ampelgading. IDN Times/Alfi Ramadana

Malang, IDN Times - Gempa bumi magnitudo 6,1 yang terjadi di Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021) lalu masih menyisakan kekhawatiran. Pasalnya, ini pertama kalinya Kabupaten Malang, utamanya wilayah selatan mengalami gempa dengan kekuatan yang cukip dahsyat. Akibatnya, lebih dari 2300 rumah mengalami rusak karena guncangan yang terjadi cukup kuat. 

Baca Juga: Gempa Malang Disebabkan Pergeseran Lempeng Indo-Australia

1. Lempeng wilayah selatan mudah patah

Anggota TNI dan Polri membantu pembersihan reruntuhan bangunan di Desa Wirotaman, Ampelgading. IDN Times/Alfi Ramadana

Guru Besar Bidang Geofisika Kebencanaan dan Eksplorasi Sumberdaya Alam Universitas Brawijaya (UB), Profesor Adi Susilo menjelaskan bahwa lempeng di wilayah selatan Malang memang masuk kategori sudah tua. Hal itu membuat potensi terjadi patahan yang mengakibatkan gempa bumi cukup besar.

Meskipun sebenarnya berdasar analisis yang ia lakukan, peluang adanya gempa berkekuatan magnitudo 6 hingga 9 skala richter sangat kecil terjadi di wilayah Malang. 

"Kalaupun terjadi magnitudo 6, sepertinya akan jarang. Paling sering muncul adalah deng kekuatan kecil mulai magnitudo 4 atau 5," katanya Minggu (11/4/2021). 

2. Gempa besar pernah terjadi tahun 1967 di Jatim

Sejumlah anggota TNI dan Polri bahu-membahu membantu warga untuk membersihkan puing bangunan yang runtuh pasca gempa di Desa Wirotaman, Ampelgading. IDN Times/Alfi Ramadana

Lebih jauh, Adi menambahkan bahwa dirinya sempat melakukan analisis pasca gempa yang terjadi di Yogyakarta tahun 2006. Saat itu, dirinya melakukan penelitian dengan fokus pada periodisasi gempa besar yang terjadi di Jawa Timur.

Ia mendapat beberapa referensi yang menyatakan bahwa Jatim pernah diguncang gempa besar pada tahun 1967. Memang tidak ada keterangan secara resmi berapa kekuatan gempa yang terjadi saat itu. Tetapi berdasarkan sejumlah laporan, kerusakan yang ada cukup besar akibat gempa tersebut. 

"Saat itu, wilayah yang cukup terdampak adalah Dampit, Gondanglegi hingga ke arah barat. Tetapi tidak diketahui secara pasti berapa total kerusakan dan korban yang ada. Hanya keterangan bahwa ada rumah hancur dan korban meninggal," imbuhnya. 

3. Periodisasi gempa kisaran 20-30 tahun sekali

Salah satu rumah warga di Desa Wirotaman, Ampelgading masih tetap berdiri meskipun banyak tembok yang jebol karena gempa. IDN Times/Alfi Ramadana

Selain tahun 1967, gempa bermagnitudo cukup besar juga pernah terjadi di Banyuwangi tahun 1994. Saat itu kekuatan gempa adalah 7,6 skala richter. Ratusan rumah dan warga juga turut menjadi korban meski juga tak ada data pasti mengenai total korban. Berdasarkan sejumlah data tersebut, Adi menyampaikan bahwa periodisasi gempa yang terjadi berada pada kisaran waktu 20 hingga 30 tahun. 

"Kalau dihitung dari waktu terakhir genpa tahun 1994, maka kemarin tepat 27 tahun," sambungnya. 

Baca Juga: Gempa di Malang Potensi Terjadi Lagi, Warga Ponorogo Diminta Waspada

Verified Writer

Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya