IMS 2020: Perjalanan Karier Pemred Republika Irfan Junaidi
Irfan berkarier di Republika sejak 1996
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Republika merupakan salah satu media massa yang sudah cukup lama melintang di Indonesia. Dilansir dari berbagai sumber, Republika merupakan koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia yang terbit perdana pada 4 Januari 1993.
Koran ini terbit di bawah naungan perusahaan PT Abdi Bangsa yang sahamnya dimiliki almarhum presiden Indonesia ketiga BJ Habibie. Pada tahun 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh Perusahaan Mahaka Media. Hal ini terjadi usai Habibie tak lagi menjadi presiden dan surutnya kiprah politik Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Direktur Utama Republika saat ini adalah Menteri BUMN, Mira Rahardjo Djarot. Pada 1995 Republika membuka situs di internet. Selang dua tahun kemudian, Republika pertama kali mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ).
Pemimpin Redaksi (Pemred) Republika saat ini adalah Irfan Junaidi. Irfan juga akan hadir dalam acara Indonesia Millennial Summit 2020 pada Jumat-Sabtu tanggal 17-18 Januari 2020. Berikut ini ulasan selengkapnya yang dirangkum IDN Times dari berbagai sumber.
1. Sering mengikuti kegiatan dan pelatihan jurnalis investigasi
Republika telah berkali-kali berganti Pemred. Pemred yang pertama adalah Parni Hadi, lalu Andi Makmur Makka, Zaim Uchrowi, Tommy Tamtomo, Yayat Supriyatna, Asro Kamal Rokan, Ikhwanul Kiram Mashuri, Nasihin Masha, dan kini Irfan Junaidi.
Irfan Junaidi sudah menjadi Pemred Republika sejak Mei 2016. Pria kelahiran Cilacap, Jawa Tengah 47 tahun lalu ini, cukup berpengalaman di bidang Jurnalistik. Dia merupakan lulusan Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran, dan mengambil gelar master Manajemen Pertahanan ITB-Cranfield University.
Pada 1998, Irfan mengikuti pelatihan peliputan investigasi dari ISAI-USAID. Pada Juni 2004, Irfan mengikuti kegiatan yang mengampanyekan Hutan Indonesia. Kegiatan ini mendorong jurnalis Indonesia untuk membuat laporan investigasi tentang masalah lingkungan. Sebulan kemudian, Irfan juga ikut berpartisipasi dalam program peliputan investigasi yang diadakan Koalisi Media untuk Pemilihan Umum.