TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polusi Udara Jakarta, KLHK Soroti Gaya Hidup di Perkotaan

Di perkotaan harus terapkan gaya hidup rendah emisi

Suasana tugu Monas yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyoroti tentang gaya hidup di perkotaan yang menyebabkan polusi udara, khususnya di Jakarta.

"Mengubah gaya hidup menjadi penting di daerah perkotaan," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK. Sigit Reliantoro, dikutip dari ANTARA, Minggu (13/8/2023).

Sigit mengatakan, gaya hidup rendah emisi menjadi sangat penting karena penyebab utama polusi udara di perkotaan adalah kendaraan bermotor konvensional berbahan bakar minyak.

Baca Juga: Polusi Udara DKI Makin Ngeri, Menhub  Ajak Beralih ke Motor Listrik

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Makin Ngeri, Pemprov DKI Akan Keluarkan Ingub 

1. Jalan kaki hierarki tertinggi

kota di dunia yang paling ramah untuk pejalan kaki (unsplash.com/Oleksandr Zhabin)

Sigit mengatakan, di negara-negara maju, jalan kaki merupakan hierarki tertinggi dalam gaya hidup masyarakatnya. Kemudian bersepeda serta menggunakan transportasi umum dan kendaraan listrik.

Gaya hidup demikian, kata dia, tidak hanya baik untuk kualitas udara tetapi juga baik untuk kesehatan.

"Hal yang paling penting dalam konsep transportasi adalah bagaimana memperbanyak perpindahan orang, bukan memperbanyak perpindahan kendaraan sehingga efisiensi kendaraan sangat penting," ujar dia.

Baca Juga: Pemerintah Ungkap Penyebab Polusi Udara Jakarta Terburuk di Dunia

2. Adanya fenomena street canyon

Suasana Masjid Istiqlal yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Sigit menjelaskan, data dari Bloomberg Philanthopics dan Vital Strategis yang menerbitkan laporan inventarisasi emisi pencemaran udara di Jakarta pada 2020 mengonfirmasi adanya fenomena street canyon.

Data itu menunjukkan komposisi penggunaan bahan bakar berdasarkan jenis, yaitu minyak 49 persen, gas 51 persen, dan batu bara 0,42 persen.

Kemudian, komposisi penggunaan bahan bakar menjadi sektor yang paling banyak dipakai transportasi dengan angka 44 persen, industri 31 persen, perumahan 14 persen, manufaktur 10 persen, dan komersial 1 persen.

"Dari data itu terlihat bahwa transportasi menjadi unsur penting. Hal ini mengonfirmasi teori penyebab street canyon sebagian besar akibat aktivitas transportasi," kata dia.

Baca Juga: 5 Tips Meningkatkan Kualitas Udara Rumah di Tengah Polusi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya