TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kasus Kekerasan Anak yang Viral di 2019

KPAI mencatat ada 24 kasus kekerasan pada anak selama 2019

pexel/Kat Jayne

Jakarta, IDN Times - Masih di awal 2019, publik sudah dikejutkan dengan berbagai kisah tragis kekerasan anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat hingga Februari 2019 terdapat 24 kasus kekerasan oleh anak di sekolah.

"Catatan kekerasan pada anak masih berjalan sehingga untuk kasus Audrey dan kasus di Maret belum masuk," ujar Komisoner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti pada IDN Times, Kamis (11/4).

Dari kasus yang tercatat tersebut, beberapa di antaranya terlanjur viral di media sosial.

IDN Times telah merangkum kasus bullying dan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Berikut daftarnya.

Baca Juga: Keluarga Marah, Penganiaya Audrey Tidak Tunjukkan Penyesalan

1. Viral siswa dipaksa mengonsumsi makanan menjijikan di ember

Istimewa

Pertengahan Januari 2019 lalu, dunia maya heboh dengan video viral yang memperlihatkan beberapa siswa dipaksa mengonsumsi makanan encer dalam sebuah ember oleh seniornya.

Diduga para siswa tersebut tengah mengikuti masa orientasi pasukan pengibar bendera (paskibraka). Video yang beredar di media sosial itu memperlihatkan para senior memperlakukan mereka seperti binatang.

Secara terpaksa para peserta ospek pun memakannya. Terlihat di antara mereka sampai muntah lantaran tak kuat menahan mual usai memakan makanan menjijikkan tersebut.

2. Siswa SMP di Gresik tantang guru

Istimewa

Video viral berdurasi 30 detik yang direkam di salah satu sekolah di Kabupaten Gerisik, Jawa Timur.

Dalam video tersebut, seorang siswa sesekali mendorong bahkan mengarahkan tangannya yang terkepal ke arah sang guru. Ia juga tampak merokok di hadapan guru tersebut dan mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan.

Melihat aksi muridnya itu, guru tersebut tidak membalas dan hanya menatap siswanya.

Sementara, para siswa yang lain tidak mau kehilangan momen dan lanjut merekam sambil menertawakan. Aksi tidak sopan tersebut justru dinilai sebagai hal yang lucu bagi kalangan mereka.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menyampaikan keprihatinan atas sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan ketidaksantunan.

Retno menilai, ada dua faktor kekerasan terhadap guru di salah satu SMP di Gresik tersebut. Pertama, karakter siswa kurang terbina, baik di rumah dan sekolah.

Menurut dia, dibutuhkan assessment psikologis terhadap anak untuk mencari faktor penyebab perilaku agresif seperti dalam video tersebut.

"Biasanya sikap anak seperti itu ada pengaruh kuat dari pola asuh di rumah. Bisa juga karena siswa sudah kecanduan game online yang mengandung unsur kekerasan, misalnya. Dengan demikian, anak jadi tidak bisa membedakan antara perilaku di dunia maya dengan di dunia nyata," ungkap dia.

Setelah viral, siswa tersebut pun menyampaikan permohonan maaf kepada gurunya.

“Dengan ini saya minta maaf, sekali lagi minta maaf atas perbuatan yang saya lakukan terhadap guru saya Bapak Nurkalin yang terjadi pada hari Sabtu tanggal 2 Februari 2019 Pukul 8.00 WIB di dalam kelas sewaktu jam pelajaran,” ujar siswa tersebut.

Baca Juga: Miris, Ini 7 Fakta dalam Kasus Pengeroyokan Audrey

3. Empat siswa SMP aniaya sekuriti

Istimewa

Empat siswa SMP Negeri 2 Galesong, Takalar, Sulawesi Selatan, menganiaya Faisal Dg Pole, petugas kebersihan sekaligus sekuriti sekolah, hingga terluka di bagian kepalanya.

Selain keempat siswa, penganiayaan tersebut juga dibantu oleh orangtua siswa yakni M Rasul Dg Sarrang. Kejadian tersebut berlangsung pada Sabtu (9/2) sekira pukul 15.00 WITA.

Kasus pengeroyokan empat siswa dan seorang dewasa terhadap petugas kebersihan di SMP Negeri 2 Galesong akhirnya berujung perdamaian. Kedua pihak berdamai setelah korban, Faisal Daeng Pole memaafkan para pelaku.

“Kemarin sudah dipertemukan di Polsek. Kedua pihak sudah sepakat damai, disaksikan pihak sekolah dan pemerintah setempat,” kata Kepala Polres Takalar AKBP Gany Alamsyah, Selasa (12/2).

Dalam kesepakatan damai, pihak keluarga siswa menyatakan siap mengganti biaya pengobatan Daeng Pole. Sebab dia mengalami luka di bagian kepala akibat dipukuli gagang sapu. “Perdamaian ini sesuai kesepakatan mereka, tanpa ada tekanan dari pihak lain,” ujar Gany. 

4. Santri meninggal dikeroyok 19 rekan

(ilustrasi) IDN Times / Sukma Shakti

Seorang santri Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, Padang Panjang, Sumatera Barat, RA meninggal diduga akibat dikeroyok 19 rekannya sesama santri. Polisi telah menetapkan 17 santri sebagai tersangka yang semuanya berstatus di bawah umur. 

"Kami sudah gelar perkara dan 17 santri ditetapkan sebagai anak pelaku. Sebutan untuk tersangka yang berusia di bawah umur," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Padang Panjang, Inspektur Satu Kalbert Jonaidi di Padang Panjang, Sabtu (16/2), seperti dikutip dari Antara.

Kalbert mengatakan, usia terduga 17 santri itu berkisar antara 15-16 tahun. Mereka melakukan pengeroyokan diduga sebanyak tiga kali dalam tiga hari yakni Kamis (7/2), Jumat (8/2) dan Minggu (10/2).

Polisi mengetahui peristiwa ini pertama kali dari paman korban yang datang melapor ke Polsek X Koto, Selasa (12/2) pekan lalu.

Saat itu paman korban melaporkan korban jadi korban kekerasan hingga tidak sadarkan diri dan dirawat di RSUP M Jamil, Padang.

Aksi pengeroyokan ini dipicu oleh korban yang diduga korban mengambil barang milik santri lain tanpa izin. Kalbert mengatakan korban diduga beberapa kali mencuri barang milik temannya seperti ponsel, pengeras suara dan lain-lain.

Dari hasil pemeriksaan, Kalbert menuturkan para pelaku mengaku marah karena korban sudah mengakui kesalahan dan minta maaf, tapi tetap saja mencuri.

Pengeroyokan membuat RA tak sadarkan diri. Ia lalu dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Panjang. Namun, karena kondisinya parah, kemudian dirujuk ke RSUP M Djamil, Padang.

Baca Juga: Berkas Perkara Penganiayaan Audrey Segera Dilimpahkan ke Kejaksaan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya