TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dokter Reisa Tegaskan Dexamethasone Hanya untuk Pasien COVID-19 Kritis

WHO rekomendasikan dexamethasone untuk pasien COVID-19

Dokter Reisa Broto Asmoro. (IDN Times/ Gugus Tugas Nasional)

Jakarta, IDN Times - Badan Kesehatan Dunia atau WHO beberapa waktu lalu telah mengeluarkan rilis yang merekomendasikan penggunaan obat dexamethasone untuk penanganan COVID-19, karena dinilai efektif dan bermanfaat pada kasus berat COVID-19.

Meski demikian, Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dokter Reisa Broto Asmoro menegaskan faktanya obat tersebut bukan penangkal COVID-19, hanya kombinasi obat-obatan.

"Obat ini tidak memiliki khasiat pencegahan. Ini bukan penangkal COVID-19, ini bukan vaksin," ujar Reisa dilansir dari laman covid.go.id, Senin (22/6).

Baca Juga: Pembelian Obat COVID-19 Dexamethasone Dibatasi di Sukoharjo

1. Penderita yang konsumsi dexamethasone jangka panjang tidak boleh tiba-tiba berhenti

IDN Times/Larasati Rey

Menurut Reisa, dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid. Dexamethasone bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan menurunkan sistem kekebalan tubuh, sama seperti steroid yang dihasilkan oleh tubuh secara alami.

"Penderita yang telah mengonsumsi untuk jangka panjang, tidak boleh menghentikan konsumsi obat secara tiba-tiba, tanpa sepengetahuan dokter. Penggunaan untuk jangka panjang juga ada efek sampingnya," jelas Reisa.

2. Penggunaan dexamethasone wajib melalui konsultasi dokter

IDN Times/Larasati Rey

Reisa menambahkan, meski harganya terjangkau, namun penggunaan dexamethasone wajib melalui konsultasi dokter, agar tidak menimbulkan efek samping dari obat tersebut.

"Selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan obat ini, agar tidak terjadi efek samping. Terutama, bila memiliki alergi pada makanan, obat, maupun bahan lain yang terkandung di dalamnya," terang Reisa.

Reisa memaparkan penggunaan obat tersebut tidak boleh sembarangan diberikan kepada siapa saja dan harus melihat faktor usia.

"Karena dosis dan lama penggunaan dexamethasone diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan reaksi pasien tersebut terhadap obat," jelasnya.

3. Dexamethasone lebih dianjurkan pasien yang terkonfirmasi dengan sakit berat

Dokter Reisa Broto Asmoro/Tangkapan layar siaran BNPB

Terkait dengan rekomendasi WHO, obat dexamethasone lebih dianjurkan untuk pasien yang terkonfirmasi dengan sakit berat, kritis, membutuhkan ventilator dan bantuan pernapasan.

Adapun rekomendasi tersebut juga mengingat bahwa obat tersebut dapat mengurangi risiko kematian hingga 20-30 persen.

"Obat ini dianjurkan karena akan mengurangi jumlah kematian sebesar 20 sampai 30% dari kasus-kasus tersebut," kata Reisa.

Selain itu, obat tersebut tidak memiliki dampak atau bukan terapi untuk kasus-kasus konfirmasi yang sakit ringan, atau tanpa gejala.

Baca Juga: Studi Oxford: Obat Bebas Dexamethasone Ampuh Sembuhkan COVID-19 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya