TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Epidemiolog: Antibodi Tinggi Tak Jamin Bebas dari Gelombang COVID-19

Antibodi penduduk Indonesia naik empat kali lipat

Warga beraktivitas menggunakan masker di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020) (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama)

Jakarta, IDN Times - Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan, survei serologi COVID-19 terbaru yang menunjukan antibodi masyarakat Indonesia naik empat kali lipat, tidak menjamin tidak terjadi gelombang COVID-19.

"Fakta ilmiah sejauh ini, adanya antibodi atau kekebalan yang dimiliki masyarakat yang tinggi, tidak serta merta menjamin tidak ada gelombang atau tidak ada dampak dari satu gelombang," ujarnya saat dikonfirmasi IDN Times, Jumat (12/8/2022).

Baca Juga: Satgas COVID-19: Naiknya Kasus Positif COVID-19 Harus Diwaspadai

1. Kekebalan terhadap COVID-19 menurun

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman. (dok. Pribad/Dicky Budiman)

Dicky menerangkan, mayoritas dari penerima vaksin atau orang yang sudah pernah terinfeksi COVID-19 memiliki kekebalan yang sifatnya sementara.

"Ada penurunan (kekebalan) bahkan kalau bicara lansia ya setelah 3 sampai 4 bulan," katanya.

2. Vaksinasi booster jadi prioritas

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Untuk itu, Dicky mengingatkan agar vaksinasi booster ketiga atau keempat tetap menjadi prioritas, terutama bagi kelompok berisiko.

"Terbukti titer antibodi itu menurun dan ini yang kita hadapi adalah sub varian yang bisa menembus efikasi antibodi apabila jika menurun, bahkan pada kelompok yang rawan bisa menyebabkan lebih sakit bahkan bisa fatal," imbuhnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya