Epidemiolog: Antibodi Tinggi Tak Jamin Bebas dari Gelombang COVID-19

Antibodi penduduk Indonesia naik empat kali lipat

Jakarta, IDN Times - Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan, survei serologi COVID-19 terbaru yang menunjukan antibodi masyarakat Indonesia naik empat kali lipat, tidak menjamin tidak terjadi gelombang COVID-19.

"Fakta ilmiah sejauh ini, adanya antibodi atau kekebalan yang dimiliki masyarakat yang tinggi, tidak serta merta menjamin tidak ada gelombang atau tidak ada dampak dari satu gelombang," ujarnya saat dikonfirmasi IDN Times, Jumat (12/8/2022).

Baca Juga: Satgas COVID-19: Naiknya Kasus Positif COVID-19 Harus Diwaspadai

1. Kekebalan terhadap COVID-19 menurun

Epidemiolog: Antibodi Tinggi Tak Jamin Bebas dari Gelombang COVID-19Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman. (dok. Pribad/Dicky Budiman)

Dicky menerangkan, mayoritas dari penerima vaksin atau orang yang sudah pernah terinfeksi COVID-19 memiliki kekebalan yang sifatnya sementara.

"Ada penurunan (kekebalan) bahkan kalau bicara lansia ya setelah 3 sampai 4 bulan," katanya.

2. Vaksinasi booster jadi prioritas

Epidemiolog: Antibodi Tinggi Tak Jamin Bebas dari Gelombang COVID-19Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Untuk itu, Dicky mengingatkan agar vaksinasi booster ketiga atau keempat tetap menjadi prioritas, terutama bagi kelompok berisiko.

"Terbukti titer antibodi itu menurun dan ini yang kita hadapi adalah sub varian yang bisa menembus efikasi antibodi apabila jika menurun, bahkan pada kelompok yang rawan bisa menyebabkan lebih sakit bahkan bisa fatal," imbuhnya.

3. Antibodi penduduk Indonesia meningkat empat kali lipat

Epidemiolog: Antibodi Tinggi Tak Jamin Bebas dari Gelombang COVID-19ilustrasi warga menggunakan masker (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia mengumumkan hasil survei serologi terbaru, yang dilakukan pada periode Juli 2022.

Hasilnya, antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2 meningkat empat kali lipat. Dari kadar 444 unit per mililiter menjadi 2.097 unit per mililiter.

Peneliti dari FKMUI Iwan Ariawan mengatakan, tim BKPK telah menyelesaikan survei serologi ke-3 secara nasional.

“Ini adalah survei serologi yang ketiga kali yang besar, yang pertama di Desember 2021 itu bersifat nasional kemudian Maret 2022 khusus untuk Jawa - Bali karena daerah mudik, kemudian Juli 2022 kembali untuk seluruh Indonesia,” kata Iwan.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya