TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Epidemiolog Khawatir Hajatan Rizieq Shihab Picu Melonjaknya COVID-19

Rizieq Shihab nikahkan putrinya hari ini di Petamburan

Habib Rizieq Shihab (HRS) menyapa massa yang menjemputnya di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (10/11/2020). HRS beserta keluarga kembali ke tanah air setelah berada di Arab Saudi selama tiga tahun. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Jakarta, IDN Times - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono, menyayangkan sikap pemerintah DKI Jakarta merestui hajatan besar yang akan dilakukan
pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab hari ini, Sabtu (14/11/2020)

Pandu mengingatkan, sejak kedatangan Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa 10 November 2020, kemudian berlanjut dengan kegiatan Majelis Taklim Al Alaf di Megamendung, Bogor, Jawa Barat, Jumat 13 Oktober 2020, bisa memicu meningkatnya klaster COVID-19.

"Seharusnya pemerintah mengingatkan ini bahaya lho, bisa meningkatkan klaster COVID-18," ujar Pandu saat dihubungi IDN Times.

Baca Juga: Rizieq Shihab Nikahkan Putrinya, Sejumlah Tokoh dan Ulama Akan Hadir

1. Pejabat Pemprov DKI Jakarta merestui hajatan di tengah pandemik

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Menurut Pandu, berdasarkan pengamatan di televisi, simpatisan Rizieq mengabaikan protokol kesehatan, mulai dari tidak menjaga jarak dan tidak memakai masker.

"Fakta-fakta yang saya lihat di televisi terjadi kerumunan, sejak penjemputan di bandara, banyak yang tidak pakai masker. Apalagi kemarin, dari pagi sampai sore Tebet macet karena ada peringatan Maulid, ini artinya pejabat-pejabat Pemerintah DKI Jakarta merestui," ujarnya.

2. Kerumunan dalam acara Rizieq berpotensi membuat kasus COVID-19 semakin melonjak

Rizieq Shihab beserta keluarga tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (10/11/2020). HRS beserta keluarga kembali ke tanah air setelah berada di Arab Saudi selama tiga tahun. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Pandu khawatir kerumunan tersebut berpotensi membuat kasus COVID-19 semakin melonjak, apalagi sebagian besar dalam kerumunan tersebut merupakan anak muda yang bisa saja masuk dalam Orang Tanpa Gejala (OTG).

"Saya khawatir dengan adanya bukti dan fakta, ini saya gak ngomong sembarangan ya, kerumunan ini akan terjadi potensial peningkatan penularan. Sebagian besar tidak bergejala meski ada juga yang usia lanjut," imbuhnya.

3. Pemerintah lakukan tes cegah klaster keluarga

Ilustrasi Tes Usap/PCR Test. IDN Times/Hana Adi Perdana

Pandu menyarankan, jika nanti ada yang sampai masuk rumah sakit atau terdeteksi COVID-19, maka pemerintah daerah harus sigap dan cepat melakukan tes swab.

"Pemerintah daerah langsung tes agar tidak terjadi klaster keluarga," imbaunya.

Baca Juga: Massa Berkerumun Hadiri Maulid Nabi, Ada Rizieq Shihab dan Wagub DKI 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya