TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hasil Survei: Warga DKI Jakarta Belum Siap Memasuki Fase Normal Baru

Warga DKI Jakarta takut tertular virus corona atau COVID-19

Ilustrasi pengendara sepeda motor. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta, IDN Times - Akademisi dari Nanyang Technological University Singapura, Prof Sulfikar Amir menyatakan, DKI Jakarta belum siap memasuki era new normal atau normal baru, meski warganya merasa cukup memiliki informasi, pengetahuan, wawasan, modal sosial, serta kecenderungan kuat untuk berhati-hati agar tidak terpapar virus corona atau COVID-19. 

"Jadi wacana pemberlakuan tatanan kehidupan baru new normal belum saatnya diberlakukan bagi warga DKI Jakarta," ungkap Sulfikar dalam Webinar Zoom Laporcovid19, Kamis (4/6).

Baca Juga: [BREAKING] PSBB Jakarta Diperpanjang, Anies: Juni Masa Transisi 

1. Berdasarkan hasil survei, warga DKI Jakarta belum siap memasuki fase normal baru

Ilustrasi penerapan new normal di restoran (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Pernyataan Sulfikar ini berangkat dari hasil survei yang digelar Koalisi Warga Lapor COVID-19. Berdasarkan hasil survei yang digelar sejak 29 Mei hingga 2 Juni 2020 dengan melibatkan 3.160 responden, diketahui bahwa warga DKI Jakarta belum siap memasuki fase normal baru.

Sulfikar menerangkan, dalam survei tersebut satu pertanyaan dibuat 1 sampai 5 tingkatan, di mana dari angka 1 artinya bahaya hingga angka 5 yang artinya siap. Setelah menganalisis data responden, didapatkan angka 3,46 yang artinya belum siap memasuki fase normal baru.

"Angka 3,46 berada di antara wilayah agar rendah dan nada tinggi, masih jauh di kondisi ideal yang angkanya antara 4 dan 5. Jadi kalau mempertanyakan apakah warga DKI siap, jawabannya adalah kurang siap," jelasnya.

2. Warga cenderung ingin melindungi diri

Drive thru rapid test di Stadion Maulana Yusuf, Serang (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Masih kata Sulfikar, dari data yang masuk para responden memiliki kecenderungan kuat untuk melindungi diri, meskipun tingkat pengetahuan mengenai COVID-19 cukup baik.

Namun, responden masih membutuhkan informasi yang pasti, tepat, dan lebih akurat tentang pandemik virus corona yang berasal dari sumber informasi yang dipercaya publik.

"Kondisi sosial dan ekonomi yang cukup memprihatinkan, mempengaruhi rendahnya persepsi risiko secara umum," bebernya.

3. Survei dilakukan melalui jaringan PMI, Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, dan kontak kecamatan

Penataan Kawasan Empat Stasiun Rampung, Uji Coba Dilakukan Bertahap (Dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)

Sementara itu, inisiator platform LaporCovid19 Irma Hidayana menjabarkan, survei ini dilakukan untuk mengukur tingkat persepsi risiko dan perilaku warga Jakarta yang mencakup enam variabel yakni persepsi risiko, pengetahuan, informasi, perlindungan diri, modal sosial, dan ekonomi terkait virus corona COVID-19.

Dengan menerapkan metode Quota Sampling menggunakan variabel penduduk per kelurahan, survei online digelar dengan menggunakan qualtrics yang disebar melalui aplikasi pesan instan atau WhatsApp kepada warga DKI Jakarta.

"Penyebaran survei dilakukan melalui jaringan Palang Merah Indonesia (PMI), Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, dan beberapa kontak kecamatan di DKI Jakarta," imbuhnya

Baca Juga: [BREAKING] Mal di Jakarta Buka 15 Juni, Rumah Makan 8 Juni

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya