TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Indonesia Berduka, 100 Dokter Meninggal akibat COVID-19

Enam bulan pandemik COVID-19 melanda tanah air

Ilustrasi Duka Cita (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Enam bulan pandemik COVID-19 telah melanda Indonesia, tidak sedikit pasien yang terinfeksi sampai meninggal dunia. Bahkan, tenaga medis yang menjadi benteng terakhir terus berguguran.

Hari ini, Ikatan Dokter Indonesia mencatat 100 dokter telah gugur saat menangani COVID-19. Ketua Umum PB IDI Daeng M.Faqih mengucapkan belasungkawa dalam akun media sosial Instagram @ikatandokterindonesia

"Sejawat sekalian, Sejawat dokter yang telah gugur dalam penanganan COVID-19 sudah mencapai 100. Demikian juga petugas kesehatan lainnya yg gugur juga bertambah," Daeng dalam unggahan foto tersebut, Senin (31/8/2020).

Baca Juga: Tenaga Medis yang Gugur karena Corona Terima Bintang Jasa 13 Agustus

1. Semoga tenaga medis yang jadi garda terdepan selalu sehat

Tenaga medis RSPP Extention Modular Simprug Rujukan COVID-19 rayakan hari kemerdekaan Indonesia di rumah sakit (Dok. Humas RSPP)

Daeng meminta agar teman-teman sejawat mendoakan tenaga medis yang telah gugur agar diberikan tempat yang mulia serta menjadi teladan komitmen menjalankan pengabdian kemanusiaan.

"Dan kita juga agar tidak putus-putusnya berdoa bagi semua kawan-kawan sejawat kita sebagai garda terdepan yang sedang berjuang membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan dalam perawatan COVID-19," ujar Daeng.

2. 100 dokter telah meninggal dunia

IDI berduka genap 100 dokter meninggal (Instagram.com/ikatandokterindonesia)

Humas PB IDI dr Halik Malik, membenarkan saat ini sudah 100 dokter yang gugur karena terpapar virus corona saat menangani pasien COVID-19.

"Ketua Umum IDI juga sudah memberikan ucapan khusus untuk 100 sejawat yang gugur," kata Halik saat dihubungi IDN Times.

3. Infrastruktur kesehatan yang jadi faktor risiko penularan bertambah

Rolasih Yufarini, Perawat di RSPP Extention Modular Simprug Rujukan COVID-19 (Dok. Humas RSPP)

Sementara, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi mengungkapkan tingginya angka kematian nakes merupakan gambaran bahwa ada masalah dalam infrastruktur kesehatan yang menyebabkan faktor risiko penularan bertambah.

"Infrastruktur tersebut meliputi ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD), ketersediaan obat, dan sumber daya manusia di rumah sakit," ungkapnya.

Baca Juga: IDI: Jumlah Tenaga Medis Harus Ditambah di Wilayah Episentrum

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya