TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Haru, Mahasiswa Ini Terpanggil Jadi Relawan Penjemput Jenazah COVID-19

Jadi relawan COVID-19 merupakan panggilan dari dalam hati

Ilustrasi pengangkatan jenazah (Dok. IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Sudah lebih satu tahun pandemik COVID-19 melanda Indonesia. Tenaga kesehatan dikerahkan di sejumlah rumah sakit penanganan COVID-19. Namun, tingginya penularan membuat pemerintah kewalahan, tak heran sejumlah relawan diterjunkan untuk membantu penanganan COVID-19.

Di tengah pandemik, Muhammad Syafiq Abdan Syakuri, mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta merasa terpanggil untuk menjadi relawan.

Dilansir Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, pria yang akrab disapa Syafiq ini mendedikasikan dirinya sebagai relawan penjemput jenazah COVID-19 di bawah naungan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).

 

Baca Juga: Miris! Perawat Nyambi Jadi Sopir karena Insentif Tak Kunjung Cair

1. Rela tinggalkan keluarga demi mengabdi jadi relawan

Mahasiswa relawan /Instagram ditjen.dikti

Syafiq rela meninggalkan keluarganya di Sleman untuk menetap di kantor MCCC di Kotagede atau di kantor BPDB DIY.

"Lonjakan kasus yang meningkat, ditambah minimnya fasilitas kesehatan diberbagai tempat membuat banyaknya pasien yang meninggal saat isolasi mandiri. Untuk itu, Syafiq ikut serta dalam berbagai kegiatan, seperti dekontaminasi dan juga pemakaman jenazah," tulis akun Instagram resmi ditjen.dikti dikutip IDN Times, Kamis (5/8/2021).

2. Ditolak warga sampai sulit bernafas karena pakai APD

Seorang tenaga kesehatan membersihkan diri usai bertugas merawat pasien di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa(15/6/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

Saat menjalani tugas sebagai relawan penjemput jenazah COVID-19 banyak tantangan dan kesulitan yang dihadapi Syafiq. Di antaranya, banyak penolakan dari warga dalam menerima jenazah COVID-19 di lingkungan setempat.

Selain itu, pemuda tersebut harus merasakan kesulitan bernafas akibat pemakaian APD yang harus tertutup secara rapat.

3. "Ini adalah panggilan dari dalam hati dan inisiatif sendiri"

Ilustrasi Tenaga Kesehatan di Wisma Atlet (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Meski memiliki tugas dan juga tanggung jawab yang berat serta melelahkan, bahkan tanpa tunjangan yang didapatkan, Syafiq dan tim relawan lain tetap menjalankan tugas secara ikhlas dan rela. Sebab dia telah mendedikasikan dirinya tanpa mengharapkan materi.

"Ini adalah panggilan dari dalam hati dan inisiatif sendiri," kata Syafiq.

Baca Juga: Cerita Haru Tukang Bangunan Lolos Jadi TNI Berkat Dukungan Sahabat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya