TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Raisalman, Anak Yatim Berkaki Satu Hidup di Tengah Keterbatasan

"Saya bisa berlari lebih cepat dari mereka dengan satu kaki"

Dok. IDN Times/Istimewa

Jakarta, IDN Times - Terlahir dengan fisik tak sempurna, tak menyurutkan semangat Raisalman mengejar cita-cita. Meski mempunyai satu kaki, bocah berusia 9 tahun ini semangat berangkat sekolah dengan cara berloncat-loncat dari rumah ke sekolah yang jaraknya sekitar satu kilometer.

Aktivitas berjalan dengan satu kaki tanpa bantuan alat apapun sudah dijalaninya sejak kecil.

1. Bocah itu berloncat-loncat dengan satu kakinya untuk menjalani semua aktivitas

Dok. Istimewa

Kisah Raisalman ini sempat viral di media sosial, satu di antaranya diunggah oleh akun Instagram @Kristiawansaputra1. Video berdurasi 32 detik itu memperlihatkan Raisalman yang mengenakan seragam sekolah lengkap dengan peci berjalan dengan berloncat-loncat. Meski dengan keterbatasan, dari wajahnya tetap memancarkan senyum ceria.

Saat dihubungi IDN Times, pemilik akun Instagram @Kristiawansaputra1, Kristiawan membenarkan bahwa Raisalman harus berloncat-loncat untuk melakukan aktivitasnya, termasuk sekolah, karena terlahir hanya mempunyai satu kaki.

"Saat saya datang ke rumahnya kondisinya seperti itu, belum punya alat bantu jalan," ujarnya, Kamis (14/11).

Baca Juga: Kisah Penyandang Disabilitas di Gianyar yang Jadi Korban Mafia Tanah

2. Terlahir dari keluarga tidak mampu, ayah Raisalman sudah meninggal dan kakaknya mengidap epilepsi

Dok. Istimewa

Raisalman lahir dari keluarga kurang mampu dari pasangan Sumitra dan Titih yang tinggal di Kampung Ciputat, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikakak, Sukabumi, Jawa Barat. Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, sedangkan ibunya mengurus rumah tangga dan merawat anak kedua yang mengidap epilepsi

Raisalman merupakan anak bungsu. Dia menjadi yatim setelah ayahnya meninggal mendadak satu tahun lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibunya mengandalkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah sebesar Rp800 ribu per bulan.

3. Kurang perhatian dari pemerintah daerah

Dok. Istimewa

Kristiawan mengatakan, sebenarnya guru dan warga sudah mengajukan bantuan untuk kondisi Raisalman dan keluarga ke pemerintah setempat namun tidak ada respons hingga sekarang.

"Kondisi Raisalman pertama kali diunggah gurunya di media sosial karena merasa iba," ujarnya.

Baca Juga: Kisah Guru Honorer di Pedalaman Kaltim, Upah Minim Hingga Bertemu Ular

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya