TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

LBM Eijkman Punya Laboratorium Pendeteksi Virus Corona

LBM Eijkman menepis Indonesia gak mampu deteksi virus corona

Prof Herawati Sudoyo dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dalam Seminar Awam: Menyikapi Virus Corona 2019-nCOV (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Menyebarnya virus Corona 2019-nCov dari Tiongkok ke sejumlah negara menjadikan patogen tersebut sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Lebih dari 43 ribu kasus ditemukan di 28 negara dengan korban meninggal mencapai 1000 orang lebih. Sampai saat ini belum ada kasus corona ditemukan di Indonesia.

Sebelumnya ada 64 orang di Indonesia yang terindikasi terinfeksi virus corona. Namun 62 di antaranya negatif dan 2 lainnya masih proses pemeriksaan.

Peneliti LBM Eijkman Frilasita Aisyah Yudhaputri, M. BiomedSc, menegaskan LBM Eijkman telah memiliki kapasitas dan kemampuan dalam mendeteksi secara sensitif dan spesifik keberadaan virus corona yang sudah berubah nama menjadi COVID-19.

1. LBM Eijkman mempunyai fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen resiko tinggi

Ilustrasi Lembaga Eijkman (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Lebih lanjut Frilasita memaparkan untuk mendeteksi virus corona pihaknya menggunakan metode kombinasi Teknik PCR dan sequencing dengan gen RNA-dependent RNA Polymerase (RdRP) virus sebagai penanda identifikasi.

"Dalam penanganan virus corona, LBM Eijkman mempunyal fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen resiko tinggi yakni laboratorium Biosafety Level (BSL) -2 dan -3," ujarnya dalam acara Seminar Menyikapi Virus Corona 2019-nCoV di Auditorium Sitoplasma, LBM Eijkman, Rabu (12/2).

2. Alat Next- Generation Sequencing dan analisis bioinformatika yang telah diakui secara internasional

Petugas dari laboratorium penelitian penyakit infeksi Prof DR Sri Oemijati, Selasa (11/2) / IDN Times Dini suciatiningrum

Selain itu lanjutnya, kemampuan tersebut juga didukung fasilitas alat Next- Generation Sequencing dan analisis bioinformatika yang telah diakui secara international.

"Fasilitas tersebut memiliki strategis sebagai laboratorium yang langsung memeriksa sample klinis dari pasien terduga atau laboratorium pembanding atau konfirmasi," imbuhnya.

3. LBM Eijkman berpengalaman menangani penyakit infeksi yang baru timbul

ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS/wsj/djo

Frilasita juga mengungkapkan tidak hanya peralatan dan fasilitas yang mumpuni namun juga LBM Eijkman berpengalaman menangani penyakit infeksi yang baru timbul.

LBM Eijkman telah mengidentifikasi, isolasi dan kajian molekuler Flu Burung (H5N1) pada 2005, kemudian pada 2012 molekuler virus West-Nile yang jadi pertama dan satu-satunya di Indonesia, lalu 2015 kajian molekuler virus Zika, lalu menangani kasus kejadian luar biasa (KLB) tifoid dan leptospirosis di Jeneponto pada 2019.

"Kami juga mengidentifikasi mikroba pada populasi pemburu, pedagang dan konsumen satwa liar di Tomohon Sulawesi Utara yang berhasil mendeteksi keberadaan virus Corona di manusia," paparnya.

4. Menkes Terawan Minta Peneliti Harvard yang menyebut Indonesia tidak memiliki alat pendeteksi virus corona canggih cek sendiri

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto tak terima dengan pernyataan peneliti Harvard yang menyebut Indonesia tidak memiliki alat pendeteksi virus corona yang canggih. Bahkan, Terawan menantang peneliti Harvard untuk datang sendiri ke Indonesia dan memeriksa langsung.

"Ya Harvard suruh ke sini lah. Saya buka pintunya untuk melihat. Jadi kita tidak ada yang ditutupi, bahkan dari AS bisa lihat sendiri," kata Terawan di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (11/2).

Baca Juga: Negatif Corona, 2 Turis Tiongkok Dirawat di Ruang Isolasi RSUP Sanglah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya