TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Positif Virus Corona, Dokter yang Merawat Menhub Budi Karya Meninggal

Dokter Ketty menjadi bagian tim medis RS Medistra

Menhub Budi Karya Sumadi Sidak Bandara Soetta, Kamis (27/2) (IDN Times/Candra Irawan)

Jakarta, IDN Times - Dokter Ketty Herawati Sultana, salah satu tim medis yang pernah merawat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninggal dunia. Hasil tes swab, dokter Ketty dinyatakan positif virus corona atau COVID-19.

Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Abdul Halik Malik membenarkan hasil tes swab dokter berusia 60 tahun tersebut positif COVID-19.

"Dokter Ketty bagian dari tim dokter di RS Medistra yang ikut merawat Menhub sebelum dirujuk RSPAD, yang belakangan kita ketahui juga positif COVID-19," ujar Halik saat dihubungi IDN Times, Minggu (5/4).

Baca Juga: Kisah Dokter di Medan, Belajar Tangani Corona Malah Positif Terjangkit

1. Risiko tenaga medis tertular pasti ada

Twitter @PBIDI

Halik mengatakan risiko tenaga medis tertular virus corona pasti ada, namun pihaknya tidak bisa memastikan kapan dan di mana tenaga medis terpapar virus yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok itu.

"Intinya tenaga medis perlu dilindungi dengan berbagai cara, tenaga medis pun harus ekstra hati-hati," ujar dia.

(IDN Times/Arief Rahmat)

2. Selain kelengkapan APD, perlu ada pembenahan sistem bagi tim medis

Ilustrasi penanganan pasien virus corona. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Halik menyarankan di samping kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang standar bagi semua tim medis, harus ada pembenahan sistem pelayanan dan penilaian risiko berbasis data.

"Hal-hal ini yang perlu menjadi concern agar tenaga medis yang jadi korban tidak bertambah," kata dia.

3. Sebanyak 18 dokter meninggal positif dan PDP COVID-19

Ilustrasi (Dok. ANTARA FOTO)

Dokter Halik sebelumnya mengungkapkan saat ini sudah ada 27 dokter atau tenaga medis meninggal dunia, 18 di antaranya terkonfirmasi positif COVID-19 dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19. Dia berharap pemerintah bisa menyampaikan data ke tiap organisasi profesi, sebab saat ini jumlah dokter yang meninggal terus bertambah akibat virus corona.

Sebab IDI tidak bisa mengonfirmasi secara detail faktor risiko tenaga medis yang meninggal. Data tersebut seperti tugas utama, kapan terpapar, di ruang apa, adakah faktor APD yang tidak standar, atau virulensi yang memang tinggi di wilayahnya, manajemen rumah sakit yang rendah, atau hal lainnya yang bisa menjadi faktor.

"PB IDI bisa saja mengumpulkan data, namun itu sulit sekali jika tidak ada data awalnya siapa saja tenaga medis yang terpapar, baik yang positif covid maupun yang PDP," ungkap Halik.

Baca Juga: [UPDATE] IDI: 27 Dokter Meninggal Dunia, 18 Positif dan PDP COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya