TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ribuan Sopir Demo Aturan ODOL, Ternyata Ini Akar Masalahnya

Nelangsa pengemudi truk di tengah kebijakam ODOL 

Ilustrasi truk ODOL ( ANTARA FOTO/Fauzan)

Jakarta, IDN Times - Kebijakan pelarangan truk over dimension and over loading (ODOL) menuai polemik. Sejumlah sopir truk di berbagai daerah menggelar aksi demonstrasi menolak kebijakan yang dinilai merugikan.

Aksi demo sopir truk ini bahkan membuat sejumlah ruas jalan mengalami kemacetan di berbagai daerah. Di Jawa tengah, mereka memenuhi jalan sejumlah kabupaten/kota di wilayah provinsi tersebut. Sementara di Jawa Timur, ribuan sopir memblokir jalan depan Kantor Dinas Perhubungan, Selasa (22/2/2022).

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menilai pengemudi truk menjadi ujung tombak angkutan logistik. Namun kesejahteraan yang didapat tidak setara julukan itu.

"Membawa kelebihan muatan tidak diinginkan, karena mereka tahu kalau hal itu berisiko terhadap keselamatannya. Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, dan dalam kondisi hidup pastilah akan dijadikan tersangka," ujar Djoko dalam siaran tertulis yang diterima IDN Times, Kamis (24/2/2022).

Baca Juga: Gencar Razia Truk ODOL, Sopir Bisa Kena Tilang Rp500 Ribu

Baca Juga: Razia Angkutan Darat, Tim Terpadu Amankan Truk ODOL di Kaltim

1. Pengamat beberkan akar masalah truk ODOL

Truk-truk ODOL yang terkena razia aparat Polri. Foto istimewa

Djoko mengungkapkan sesungguhnya, akar masalah truk ODOL adalah tarif angkut barang semakian rendah, sementara pemilik barang tidak mau keuntungannya selama ini berkurang padahal biaya produksi dan lainnya meningkat.

"Pemilik armada truk atau pengusaha angkutan barang juga tidak mau berkurang keuntungannya. Hal yang sama, pengemudi truk tidak mau berkurang pendapatannya" imbuhnya.

Baca Juga: YLKI Meminta Pemerintah Konsisten dalam Melarang Truk ODOL 

2. Pengemudi truk menanggung beban selama perjalanan

Jumpa Pers Akhir Tahun Badan Pengelola Transportasi Kementerian Perhubungan, di Pecenongan, Jakarta Pusat, Senin (02/11), Djoko Setijowarno - Pengamat Transportasi, Direktur Prasaran - Edi Nursalam (IDN Times/Lia Hutasoit)

Selain itu, pengemudi truk juga harus memenutupi biaya tidak terduga sehingga mereka menggunakan kendaraan berdimensi lebih (over dimension). Bahkan, nelangsanya pengemudi truk juga menanggung beban selama perjalanan, seperti tarif tol, pungutan liar yang dilakukan petugas berseragam dan tidak seragam, parkir, urusan ban pecah, dan sebagainya.

"Uang dapat dibawa pulang buat keperluan keluarga tidak setara dengan lama waktu bekerja meninggalkan keluarga," katanya.

Baca Juga: Razia Besar-besaran Truk ODOL, Pengusaha Protes Kemenhub 

3. Indonesia akan banyak kehilangan pengemudi truk yang profesional

Sapuan, sopir truk yang terjebak macet di kawasan Tanah Datar, Kukar. Dia hendak menuju Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini juga melihat profesi pengemudi truk saat ini bukan pilihan bagi kebanyakan orang sehingga semakin sulit mendapatkan pengemudi truk yang berkualitas.

"Tekanan terbesar ada pada pengemudi truk karena mereka yang berhadapan langsung dengan kondisi nyata di lapangan. Populasi pengemudi truk kian makin berkurang, jika masih ada yang bertahan sebagai pengemudi truk, disebabkan belum punya alternatif pekerjaan yang lain" katanya.

"Ke depan, Indonesia akan banyak kehilangan pengemudi truk yang profesional," kata Djoko menambahkan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya