TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Vaksin COVID-19 Menipis, Menkes Atur Prioritas Vaksinasi untuk Lansia

Sejumlah negara produsen vaksin lakukan embargo

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Fauzan)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan memperjelas prioritas vaksinasi COVID-19 seiring terbatasnya suplai vaksin. Hal itu dipicu oleh embargo di beberapa negara produsen vaksin.

Prioritas diatur berdasarkan risiko terpapar. Data yang ada di Kementerian Kesehatan menunjukkan dari 1,5 juta yang terpapar, sebanyak 10 persen lansia di atas 60 tahun, sementara dari 100 persen yang wafat, 50 persen adalah lansia.

Oleh karena itu dengan adanya keterbatasan vaksin di bulan April ini akan diarahkan untuk disuntikkan kepada lansia.

“Jadi kelihatan sekali bahwa teman-teman kita di atas 60 tahun itu berisiko tinggi. Kalau kita lihat yang masuk rumah sakit yang wafat untuk non lansia hanya sekitar 10 persen dari total yang masuk, tapi kalau lansia hampir tiga kali lipat,” tutur dikutip laman Kemkes.go.id, Rabu (7/4/2021).

Baca Juga: Mantan Wagub Sumbar Ditunjuk Sebagai Duta Vaksin Lansia  

Baca Juga: Baru 21,35 Persen, Dinkes Sleman Akan Kebut Vaksinasi Lansia Massal

1. Negara produsen vaksin COVID-19 lakukan embargo

Vaksin Astrazeneca (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

Budi menyampaikan bahwa negara-negara Eropa dan beberapa negara di Asia seperti India, Filipina, Papua Nugini, serta beberapa negara di di Amerika Selatan seperti Brazil, terjadi lonjakan ketiga dari kasus aktif COVID-19.

Akibatnya negara-negara yang memproduksi vaksin di lokasi tersebut mengarahkan agar produksi vaksin tidak boleh diekspor, hanya boleh dipakai di negara masing-masing.

2. Jumlah vaksin yang tersedia hanya 20 juta dosis

Vaksinasi lansia di Sentra Vaksinasi BUMN di PRPP Jateng Semarang. IDN Times/Istimewa

Kondisi tersebut mempengaruhi ratusan negara di dunia termasuk Indonesia. Sehingga jumlah vaksin yang tadinya tersedia untuk bulan Maret dan April masing-masing 15 juta dosis atau total 30 juta dosis, hanya tersedia 20 juta dosis.

“Kita atur kembali sehingga kenaikannya tidak secepat sebelumnya. Karena memang vaksinnya yang berkurang suplainya,” kata Budi.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya