TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemerintah Diminta Monitor Kualitas Tes COVID-19 di Laboratorium

Jangan sampai yang harusnya positif diberikan hasil negatif

Petugas Dinas Kesehatan mengambil sampel lendir hidung dan tenggorokan siswa yang kontak erat dengan siswa terkonfirmasi positif COVID-19 untuk dilakukan tes Swab PCR di SD Marsudirini, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/2/2022). (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman meminta pemerintah untuk memeriksa dan memastikan kembali kualitas dari tes COVID-19 yang dikeluarkan oleh semua laboratorium yang ada. Hal ini mengingat beberapa waktu lalu banyak hasil tes berbeda yang dikeluarkan laboratorium sehingga membuat masyarakat ragu.

“Yang berkaitan dengan hasil laboratorium yang tidak tepat, salah orang, salah nama atau bahkan belum dites sudah ada keluar hasil, ini sesuatu yang bisa terjadi dan itulah sebabnya kenapa yang namanya quality assurance atau jaminan mutu edit berkala itu penting,” kata Dicky dikutip dari ANTARA di Jakarta, Sabtu (12/2/2022).

Baca Juga: Heboh Hasil Tes Beda-beda, Menkes: Tidak Ada PCR Sempurna di Dunia  

1. Jangan sampai pasien positif berkeliaran karena mendapat hasil tes negatif

Pasien COVID-19 tiba untuk menjalani isolasi di Hotel Singgah COVID-19, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (11/2/2022) (ANTARA FOTO/Fauzan)

Menurut Dicky, kualitas tes beserta hasil pemeriksaan sangat penting untuk dipastikan agar orang yang benar-benar terinfeksi oleh COVID-19 tidak dapat berkeliaran dan langsung mendapatkan perawatan.

“Katakanlah dari 1.000 hasil, misalnya 500 positif atau 500 negatif. Pastikan yang positif betul positif yang negatif betul negatif dengan uji kualitas,” katanya.

2. Australia pernah mengalami lebih dari 100 kasus yang seharusnya positif COVID-19 dinyatakan negatif

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman. (dok. Pribad/Dicky Budiman)

Dia mengatakan, adanya kesalahan dalam tes pemeriksaan di laboratorium itu sebesar 1 hingga 2 persen kemungkinan dapat terjadi. Bahkan negara bagian seperti New South Wales di Australia juga pernah mengalami hal yang sama.

Ia melanjutkan, lebih dari 100 kasus yang seharusnya positif COVID-19 dinyatakan negatif. Namun tidak lama setelah itu, pemerintah langsung melakukan audit dalam kurun waktu satu bulan atau tiga bulan sekali untuk memperbaiki pengendalian penanggulangan pandemik, salah satunya pada kualitas laboratorium.

“Kalau yang harusnya positif kemudian negatif, dia bisa ke mana-mana. Ini berbahaya dan menyangkut kepercayaan. Saya kira sudah saatnya dari mulai prosedur pengambilan transportasi, pemeriksaan, penyampaian, semua itu yang harus dipastikan kualitasnya atau standarnya memenuhi mutu nasional,” katanya.

Baca Juga: Viral Curhat Warga Belum Tes PCR di Bumame Tapi Hasil Positif COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya