TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Deretan Inovasi RI untuk Atasi COVID, dari Vaksin hingga Alat Deteksi

UGM kembangkan alat pendeteksi COVID-19 dari hembusan napas

Jakarta, IDN Times - Sejak kasus pasien positif COVID-19 pertama diumumkan pada 2 Maret 2020, Pemerintah Indonesia telah merancang konsorsium riset dan inovasi terkait perkembangan virus corona. Pemerintah Indonesia juga menggandeng berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi, sektor pengusaha, dan sektor lainnya.

Berbagai inovasi pengembangan telah dilakukan, mulai dari pengembangan rapid test, PCR swab test, hingga pengembangan vaksin di Indonesia yang tengah berlangsung. Sampai saat ini, vaksin menjadi harapan bagi Indonesia yang juga terpapar penyakit mematikan ini.

Pemerintah Indonesia melalui PT Bio Farma dan Lembaga Eijkman diketahui tengah mengembangkan vaksin COVID-19 untuk masyarakat. Diperkirakan, bibit vaksin COVID-19 akan diproduksi pada 2021 mendatang.

“Kami mengharapkan vaksin COVID-19 dapat tersedia dan hadir untuk jangka waktu yang panjang. Selain itu, kami juga mengharapkan vaksin ini dapat mencegah, jadi tidak hanya menyembuhkan saja,” kata Menteri Riset dan Teknologi yang juga Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, dalam keterangan persnya secara daring, Selasa (20/10/2020).

Baca Juga: Menkes Terawan: Vaksin bagi Usia 18-59 Tahun untuk Kemaslahatan Umat

1. Eijkman akan merampungkan benih vaksin Merah Putih pada awal 2021

Saat ini, Pemerintah Indonesia tengah mengembangkan vaksin Merah Putih, yang merupakan vaksin virus yang bersikulasi di Indonesia. Vaksin ini dikembangkan dengan  kerja sama triple helix yakni melibatkan pemerintah, akademisi, dan swasta.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan vaksin ini adalah PT Bio Farma, Lembaga Eijkman, Balitbangkes Kementerian Kesehatan, BPOM, serta Kementerian Riset dan Teknologi.

Jika berjalan sesuai rencana, Eijkman akan merampungkan benih vaksin Merah Putih pada awal 2021. Selanjutnya, benih vaksin Merah Putih akan dikembangkan melalui tahapan uji klinis oleh Bio Farma.

Bambang mengatakan, Vaksin Merah Putih dikembangkan dengan berbagai platform dan ditujukan untuk kemandirian Indonesia kedepannya. Lantaran, kemandirian dalam pembuatan vaksin sangat diperlukan untuk jangka waktu panjang.

“Vaksin Merah Putih untuk jangka waktu menengah dan jangka panjang dalam menghadapi virus corona di Indonesia. Kita harus selalu menyiapkan dan menghadirkan vaksin tersebut,” ujar Bambang.

2. Inovasi alat pendeteksi COVID-19 melalui hembusan napas

Tidak hanya mengembangkan vaksin, saat ini Universitas Gadjah Mada (UGM) sedang mengembangkan alat untuk mendeteksi COVID-19 melalui hembusan napas manusia. Alat pendeteksi COVID-19 hasil temuan dari para peneliti UGM yang diberi nama GeNose.

Hingga saat ini sudah dilakukan uji validasi tahap kedua dari GeNose. Berdasarkan hasil pendeteksian virus corona di rumah sakit Yogyakarta, akurasi pendeteksiannya sudah mencapai 97 persen dibandingkan PCR Swab Test.

“Ini adalah inovasi yang luar biasa. Harga tes ini juga relatif murah, Rp47 juta per alat. Namun bisa digunakan oleh 100 ribu pengujian,” ujar Bambang.

Bambang juga mengatakan, pengembangan mesin pendeteksi GeNose menggunakan pendekatan Artificial Intelligence. Pendekatan mesin pendeteksi ini adalah learning, sehingga semakin banyak melakukkan pengujian, maka tingkat akurasinya akan semakin tinggi.

3. Kerja sama dengan lembaga penelitian dan perusahaan swasta untuk percepat pengadaan vaksin

Bambang mengatakan, Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk mempercepat kehadiran vaksin virus corona di tengah masyarakat.

Ada pun berbagai lembaga yang saat ini tengah mengembangkan inovasi terkait COVID-19 yakni Lembaga Eijkman, Bio Farma, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),  Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga.

Tidak hanya itu, pemerintah Indonesia juga sudah menggandeng perusahaan swasta untuk berinvestasi dalam pengembangan produksi vaksin COVID-19. Perusahaan swasta tersebut adalah Kalbe Farma, Sanbe Farma, Daewoong Infion, Biotis, dan Tempo Scan.

“Karena kalau mengandalkan Bio Farma saja dalam produksi vaksin untuk seluruh masyarakat Indonesia tidak akan bisa. Sehingga kami menggandeng dan bekerja sama dengan perusahaan swasta yang bersedia untuk invest. Beberapa dari mereka sudah invest dan izin ke BPOM,” ujar Bambang.

4. Terapi plasma konvalesen untuk sembuhkan pasien COVID-19 akan dilakukan di 29 rumah sakit

Hal lain yang telah dilakukan pemerintah untuk penanganan COVID-19 yakni menerapkan metode terapi plasma konvalesen (TPK) sebagai alternatif pengobatan untuk pasien COVID-19.

Terapi plasma konvalesen merupakan bentuk vaksinasi pasif dari pasien COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh, kemudian disalurkan darahnya kepada pasien yang masih dalam keadaan positif COVID-19.

Metode terapi plasma konvalesen menggunakan plasma darah pasien COVID-19 yang telah sembuh, hal ini dikarenakan darah pasien COVID-19 yang telah sembuh mengandung kekebalan atau antibodi. Dengan terapi ini diharapkan antibodi pasien COVID-19 yang sudah sehat, bisa membantu pasien yang masih sakit.

“Terapi ini aman untuk diberikan ke pasien. Setelah tahap satu pengujian, terapi ini akan melakukan tahap 2, sebanyak 29 rumah sakit diperkirakan akan melakukan uji terhadap terapi plasma,” ujar Bambang

Baca Juga: Bambang Brodjo: New Normal, Teknologi Digital Bisa Optimalkan Ekonomi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya