Pangeran Antasari ( https://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Antasari )
Dikutip dari berbagai sumber untuk biografi Pangeran Antasari, pada tahun 1859, Sultan Tamjid diangkat menjadi Sultan Kerajaan Banjar, padahal yang berhak naik tahta saat itu adalah Pangeran Hidayat. Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat karena terlalu memihak kepada Belanda.
Belanda sengaja memberikan dukungannya pada Sultan Tamjid. Hal ini menunjukkan intervensi Belanda sudah sangat meresahkan, bahkan, dalam pengangkatan seorang sultan pun merekalah yang menentukan.
Sebagai salah seorang keturunan raja Banjarmasin yang dibesarkan di luar istana, Pangeran Antasari merasa prihatin dengan situasi tersebut. Walaupun ia keluarga Sultan Banjar, tetapi tidak pernah hidup dalam lingkungan istana.
Antasari dibesarkan di tengah-tengah rakyat biasa dan menjadi dekat dengan rakyat. Dia mengenal perasaan dan mengetahui penderitaan mereka. Pada waktu itu, kekuasaan kolonial Belanda sedang giat berusaha melemahkan Kerajaan Banjar.
Untuk melemahkan kerajaan tersebut, Belanda mengadu domba golongan-golongan yang ada dalam istana, sehingga mereka terpecah-pecah dan bermusuhan. Maka ia pun berinisiatif untuk mengusir penjajah dari Kerajaan Banjar tanpa kompromi. Pangeran Antasari berusaha membela hak Pangeran Hidayat, lalu bersekutu dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas, dan lain-lain.