Cerita Arief Rosyid, Relawan Jokowi yang Ditunjuk Jadi Komisaris BUMN
Sejumlah relawan Jokowi duduk di komisaris BUMN
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Mantan relawan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Pilpres 2019, Arief Rosyid Hasan menceritakan latar belakang penunjukan dirinya sebagai komisaris di Bank Syariah Mandiri (BSM).
Pria yang kerap disapa Arief itu memang sudah lama aktif dalam organisasi keagamaan, yang membawanya masuk dalam 70 Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2015 versi majalah Men’s Obsession. Hal itu juga yang membuat dia ditunjuk Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, untuk masuk di jajaran komisaris BSM.
“Saya kira itu pasti jadi pertimbangan utama lah. Karena memang sejak kecil kita dekat sama umat Islam, remaja masjid, 2004 aktif HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sampai 2013 jadi ketua umum HMI, sekarang jadi ketua pemuda DMI (Dewan Masjid Indonesia),” kata Arief saat dihubungi IDN Times, Senin, 2 November 2020.
Baca Juga: Enggak Gampang Relawan Jokowi Dapat Jatah Komisaris BUMN
1. Calon komisaris di perusahaan BUMN harus menjalani serangkaian tes kelaikan
Jabatan komisaris di perusahaan BUMN memang sedang naik daun, setelah dalam satu bulan ini Menteri Erick melantik tiga relawan Jokowi menduduki jabatan strategis tersebut. Ketiganya adalah Ulin Yusron sebagai komisaris independen PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development (ITDC) pada 8 Oktober 2020.
Selanjutnya, Eko Sulistyo sebagai komisaris PT PLN (Persero) pada 9 Oktober 2020. Terakhir adalah Dyah Kartika Rini sebagai komisaris independen Jasa Raharja pada 28 Oktober 2020.
Pria asal Makassar itu tidak menampik bahwa dirinya juga memang dekat dengan Menteri Erick, karena pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Millennial di Tim Kemenangan Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019, di bawah arahan Erick. Namun ia menegaskan, faktor kedekatan saja tidak cukup untuk mendapatkan jabatan tersebut. Karena kompetensi yang baik juga diperlukan untuk menduduki kursi komisaris.
“Tapi apakah itu syarat satu-satunya? Kan gak. Kan ada kualifikasi juga yang harus kita penuhi. Di situlah unsur objektivitasnya. Contoh aku lah ya, mungkin memang dekat, apakah itu satu-satunnya? Kan gak. Kita sampai empat kali tes untuk sah jadi komisaris,” tutur dia.
Baca Juga: Ini Deretan Relawan Jokowi yang Diangkat Jadi Petinggi BUMN