TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengamat LIPI: Munas Golkar Jangan Sampai Aklamasi dan Vote Buying

Kader Golkar harus memberikan suaranya untuk calon terbaik

Peniliti LIPI Siti Zuhro (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Jakarta, IDN Times - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan musyawarah nasional (Munas) Partai Golkar yang mengagendakan pemilihan ketua umum baru, harus diikuti kader-kader terbaik.

Sehingga, kata Zuhro, pemilihan ketua umum Golkar tidak berjalan secara aklamasi atau disetujui seluruh peserta rapat tanpa pemungutan suara. Dia menilai sebagai partai lama, Golkar mestinya memiliki banyak SDM yang berkontribusi baik untuk membesarkan partai.

Baca Juga: Almarhum BJ Habibie Beri Restu ke Bamsoet Maju di Munas Golkar?

1. Aklamasi tidak menjunjung tinggi demokrasi

Rapimnas Partai Golkar di hotel The Ritz-Carlton, Jakarta, 14 November 2019 (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Menurut Zuhro, aklamasi tidak menjunjung demokrasi. Selain itu, juga untuk menjelaskan kepada masyarakat, Golkar adalah partai yang menjunjung tinggi tegaknya demokrasi.

“Jadi menurut saya berikan peluang itu, jangan sampai aklamasi. Aklamasi itu bukan demokrasi, apakah kita akan belajar demokrasi secara serius? Kalau secara serius mestinya memberikan peluang atau kesempatan bagi kader-kader untuk belajar, bukan kader yang mau berkonsentrasi wajib menang, tidak juga,” kata Zuhro di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/11).

2. Zuhro berharap munas Golkar tidak diwarnai vote buying atau ajang bagi para pemodal

(Rapimnas Golkar) IDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Selain itu, Siti mengatakan, munas sebagai ajang berlatih bagi calon ketua umum untuk meyakinkan kader lain di daerah, mulai dari tingkat DPD I dan II yang memiliki hak suara.

“Jadi jangan diajari hanya vote buying gitu ya, soalnya Golkar di luar terdengarnya seperti itu, 'ini kan kontestasi para pemodal' kan seperti itu,” tutur dia.

3. Munas Golkar diharapkan jangan lagi terjadi konflik

Istimewa

Siti mengingatkan, sebagai partai lama yang menjadi rujukan perpolitikan nasional, Golkar hendaknya memberikan contoh dan menghindari konflik pasca pelaksanaan munas yang akan digelar pada Desember mendatang.

“Sering nya kan Golkar munas, lalu punya anak, karena ada split yang luar biasa. Sehingga berdirilah partai baru, yang terakhir Partai Berkarya, kan gitu,” ujar dia.

Baca Juga: Airlangga Siap Hadapi Kontestasi Pemilihan Ketum Golkar Awal Desember 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya