TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pidato Akhir Tahun, SBY Soroti 5 Isu Penting Ekonomi Indonesia

SBY menyinggung pemindahan ibu kota  

IDN Times/Irfan Fathurohman

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan lima isu penting terkait permasalahan dan tantangan ekonomi Indonesia ke depan.

Pertama, SBY sepakat dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo bahwa pertumbuhan ekonomi sebanyak lima persen bukanlah sesuatu yang buruk terutama jika dikaitkan dengan situasi perekonomian global saat ini.

1. Meningkatkan iklim investasi di Indonesia

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat pidato refleksi akhir tahun di JCC, Senayan, Rabu malam (11/12). (IDN Times/Fitang Budhi Aditya)

Yang penting, kata SBY, sasaran pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan untuk tahun 2020 sebesar 5,3 persen dapat dicapai dengan baik oleh pemerintah.

​“Dalam jangka pendek dan menengah, dua langkah besar perlu dilakukan. Pertama, bagaimanapun investasi dunia usaha harus ditingkatkan. Usaha swasta, dan bukan hanya BUMN, harus mendapat peluang bisnis yang lebih besar. Karenanya, Demokrat mendukung penuh upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi kita,” kata SBY saat memberikan pidato akhir tahunnya di JCC, Jakarta Selatan, Rabu (11/12).

2. Membuka lapangan pekerjaan baru

Pexels.com/fauxels

Kedua, SBY berharap agar pemerintah bisa sukses menciptakan lapangan kerja baru. Dengan demikian, konsumsi rumah tangga secara agregat akan terus meningkat.

“Meskipun sektor pertanian, industri dan jasa tetap menjadi tulang punggung ekonomi nasional, Indonesia juga memasuki era baru. Ekonomi baru atau ekonomi digital telah menjadi bagian dari ekonomi kita,” ujar SBY.

“Karenanya pendidikan dan pelatihan bagi kaum milenial ke depan harus dilakukan secara serius. Mereka harus dipersiapkan agar cakap dan terampil untuk bekerja di era ekonomi digital,” katanya menambahkan.

3. Daya beli dan perlindungan sosial

Dok. IDN Times

Isu ketiga adalah berkaitan dengan daya beli dan perlindungan sosial untuk masyarakat. Kesulitan ekonomi, termasuk lemahnya daya beli masyarakat kata SBY memang benar terjadi terutama pada masyarakat berpenghasilan rendah dan kaum tidak mampu.

Bagi masyarakat papan menengah dan atas, memang tidak begitu dirasakan. 
​Penurunan daya beli ini juga ditandai oleh perlambatan penjualan retail, penurunan penjualan mobil dan motor serta perlambatan konsumsi makanan. Selain itu, tekanan terhadap upah riil petani dan pekerja konstruksi jadi instrumen penambah lainnya.

​“Ada dua cara untuk meningkatkan penghasilan dan daya beli rakyat. Pertama melalui mekanisme ekonomi, yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Yang kedua, bagi mereka yang benar-benar mengalami kesulitan dalam kehidupan rumah tangganya, pemerintah perlu memberikan bantuan. Inilah yang disebut dengan perlindungan sosial (social safety net),” tutur SBY.

4. Kebijakan fiskal termasuk utang negara

Ilustrasi uang dan kartu ATM BCA (Sumber: Instagram/goodlifebca)

Isu ekonomi yang keempat adalah berkaitan dengan kebijakan fiskal, termasuk utang negara. SBY mengatakan, permasalahan utama dihadapi pemerintah terkait hal ini karena tidak tercapainya pendapatan negara dari sasaran yang ditetapkan. Demokrat pun mengingatkan agar pengelolaan fiskal dan penambahan utang baru ini benar-benar cermat dan tepat.

"Ingat, Indonesia juga menghadapi risiko ekonomi di tahun depan. Jika tekanan terhadap ekonomi kita cukup berat, risiko pelarian modal ke luar negeri (capital outflow) sangat mungkin terjadi. Persoalan menjadi serius jika stimulus fiskal dan moneter kita juga terbatas dan tidak cukup kuat untuk menjaga agar ekonomi kita tetap aman," kata SBY.

Baca Juga: Pidato Refleksi Akhir Tahun, SBY Akan Angkat 10 Isu Nasional

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya