TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Biografi Gatot Subroto, Pahlawan Nasional Jagoan Militer Indonesia

Gatot Subroto pernah memimpin perlawanan Jepang di Ambon

(Gatot Soebroto) Wikipedia.org/Matsum Lubis (ed.). 1950. Kenang-Kenangan Pada Panglima Besar Letnan Djenderal Soedirman

Jakarta, IDN Times - Jenderal TNI Gatot Subroto lahir di Jatilawang, Jawa Tengah pada 10 Oktober 1907. Seperti dilansir situs Sejarah TNI, Gatot kecil sudah bisa masuk sekolah dasar khusus untuk anak-anak Belanda dan orang Indonesia terpilih. Namun, ia dikeluarkan karena berkelahi dengan anak Belanda.

Baca Juga: 8 Pahlawan Indonesia yang Wajahnya Tercetak di Uang Kertas Rupiah

1. Gatot Subroto pernah memimpin perlawanan pada Jepang di Ambon

(Gatot Soebroto) Dok. Dinas Pendidikan Pemprov Jawa Barat

Pada 1928, Gatot menempuh pendidikan militer ketika pemerintah Hindia Belanda membuka kesempatan bagi anak-anak Indonesia berijazah sekolah rendah. Tiga tahun mengenyam pendidikan, ia bergabung menjadi tentara Koninklijk Nederlands lndische Leger (KNIL) dengan pangkat Sersan Kelas II dan bertugas di Padang Panjang, Sumatera Barat Selama lima tahun.

Pada perang dunia II, Gatot disebut mengalami pertempuran melawan Jepang di Ambon. Sayang, ia kalah dan Ambon jatuh ke Tangan Jepang. Ia pun menyingkir ke Makassar.

Pada saat penjajahan Jepang, Gatot diminta memimpin sebuah detasemen Polisi. Kemudian ia juga dididik menjadi komandan Tentara Pembela Tanah Air (PETA).

2. Gatot Subroto pernah menjabat sejumlah posisi penting di militer

Letnan Jenderal Gatot Soebroto (Historia.id/koleksi Rushdy Hoesein)

Mengutip situs Pemprov DKI Jakarta, ia memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah Indonesia merdeka.

Pada 16 September 1948 ia diangkat menjadi Gubernur Militer untuk Keresidenan Surakarta dan Keresidenan Semarang dengan tugas mendamaikan dan merasionalisasi pasukan sesudah pemberontakan Madiun.

Kemudian, usai Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan ia menjabat sebagai panglima Tentara dan Teritorium (T&T) IV/Diponegoro pada 6 Oktober 1949. Ia berhasil memulihkan keamanan dengan adanya peleburan TNI dan KNIL menjadi Angkatan perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar.

Lalu, ia menjabat panglima T & T VII Wirabuana yang meliputi daerah Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara (1952).

Baca Juga: 5 Pahlawan Wanita, Keberanian dan Pengabdiannya Menginspirasi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya