TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kesaksian Detik-detik Terakhir 2 Petugas KPPS Meninggal Dunia

Sebelum meninggal, Abdul Rochim mengeluh dadanya sakit

ilustrasi meninggal (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

Jakarta, IDN Times - Ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) telah meninggal dunia usai bertugas pada Pemilu 2019. Berbagai macam penyebab meninggalnya anggota KPPS itu, mulai dari sakit hingga bunuh diri.

Dalam talkshow bertajuk Catatan Demokrasi Kita yang disiarkan Tv One, dua kerabat petugas KPPS yang meninggal hadir memberikan kesaksian kronologis anggota keluarganya yang meninggal.

Baca Juga: Ketua KPPS Tamansari Meninggal di Meja Kerja

1. Abdul Rochim sempat divonis lemah jantung sebelum meninggal dunia

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Abdul Rochim, seorang petugas KPPS di TPS 42 Jatibening, Bekasi sempat divonis dokter mengalami lemah jantung sebelum meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Bekasi, Jawa Barat.

Kepada sang istri yang bernama Masnun, Rochim sempat mengeluh lemas seperti meriang. Lantas, ia pun dibawa ke rumah sakit terdekat.

"Ma, saya rasa harus dibawa ke rumah sakit, sudah gak kuat, sudah gak karuan," ucap Masnun menirukan perkataan mendiang suaminya.

ketika masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit terdekat, dokter mengatakan bahwa Rochim mengalami lemah jantung dan harus dirawat di rumah sakit yang dirujuk sang dokter.

Tak tega melihat kondisi Rochim, Masnun pun setuju sang suami dirujuk ke rumah sakit yang berlokasi jauh dari rumahnya.

Menurut pengakuan Masnun, kondisi Rochim sempat membaik ketika dirawat karena mendapatkan obat dokter. Namun, dua hari sebelum meninggal Rochim sudah tak sadarkan diri. Sebelum tak sadarkan diri, Rochim sempat mengeluh dada dan nafasnya masih sakit.

"Gak boleh banyak bicara, ma. Nafas saya, dada saya sakit. Saya mau tidur saja, pijat-pijat belakang saya nih rasanya pegal-pegal," kata Masnun mengulangi perkataan terakhir mendiang suaminya.

2. Sebelum meninggal, petugas KPPS ini harus transfusi darah

IDN Times/Abdurrahman

Sementara Syaiful Rochman, kakak dari seorang wakil ketua KPPS bercerita bahwa adiknya bekerja cukup keras ketika Pemilu 2019. Sebelum hari pemungutan suara, sang adik telah bekerja sampai malam untuk menyiapkan TPS dan pagi harinya sudah harus siap di TPS untuk pemungutan suara.

"Kemudian dari pagi sampai pagi lagi terus bekerja, selesai itu hampir Zuhur (sekitar jam 12 siang)," jelas Syaiful.

Dua hari setelah pemungutan suara, adiknya sempat kembali bekerja seperti biasa, namun mengeluh sakit di kepala seperti pusing. Lantas, sang adik pun berobat ke sebuah klinik dan kondisinya sempat membaik.

Adik Syaiful yang berusia sekitar 43 tahun itu kembali sakit beberapa kemudian, hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat.

"Tanggal 26 dia muntah-muntah, kemudian dibawa ke klinik kemudian dirujuk ke rumah sakit. Analisa dokter adik saya bahwa Hb (hemoglobinnya)nya tuh enam jadi membutuhkan transfusi darah," ujar Syaiful.

Setelah empat hari dirawat dan mendapat transfusi darah satu kantung, dokter yang merawatnya menyarankan sang adik untuk pulang karena kondisi sudah membaik dan hanya perlu pemulihan sebelum akhirnya meninggal dunia.

Baca Juga: Sindir Fahri Hamzah soal KPPS Gugur, Tompi: Komentarnya Gak Bergizi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya