TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Survei NTU: Warga DKI Jakarta Disebut Belum Siap New Normal COVID-19

#NormalBaru dan #HidupBersamaCorona

Warga berkerumun saat malam Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di Patung Ondel-Ondel Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (23/5/2020). Meski Provinsi DKI Jakarta masih dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) namun saat malam Idul Fitri 1441 H, sejumlah tempat di Ibu Kota masih ramai dengan kerumunan orang. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Jakarta, IDN Times - Profesor Sosiologi Bencana Nanyang Technological University (NTU) Singapura Profesor Sulfikar Amir mengungkapkan, Jakarta belum siap masuk ke fase new normal atau normal baru. Hal tersebut didasari survei yang dilakukan Laporcovid bersama Social Resilience Lab NTU pada 29 Mei 2020 hingga 20 Juni 2020.

"Secara keseluruhan warga DKI belum siap masuk new normal sampai risk perception index (RPI) nya di atas empat. Kalau RPI di atas empat, ada semacam jaminan bahwa perilaku keselamatan lebih baik juga," ujar Sulfikar dalam paparannya yang disiarkan secara virtual melalui Zoom dan YouTube, Minggu (5/7/2020).

Baca Juga: Pemprov DKI Enggan Pakai Istilah New Normal, Ini Kata Wagub

1. RPI warga Jakarta cukup mengkhawatirkan

Warga berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru II, Tanah Abang, Jakarta, Senin (18/5). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Berdasarkan hasil survei, RPI Jakarta hanya mencapai 3,3 atau masuk dalam kategori kurang siap. Menurut Sulfikar, tingkat RPI yang ideal adalah di atas empat.

"Ini agak rendah dan cukup mengkhawatirkan. Kita bisa bilang Jakarta kurang siap memasuki new normal," ujar Sulfikar.

2. Persepsi risiko warga DKI Jakarta sangat rendah

Umat Muslim melaksanakan ibadah salat Idulfitri 1441 Hijriah di Masjid Annawier, Pekojan, Jakarta Barat, Minggu (24/5). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Survei ini dilakukan terhadap 206.550 warga DKI yang tersebar di lima kota administrasi Jakarta, dengan hasil valid sebesar 154.471 orang.

Survei online melalui platform Qualtrics dan disebar melalui media sosial Whatsapp ini, mewajibkan respondensnya mengisi 28 pertanyaan terkait enam variabel penelitian utama.

Variabel tersebut adalah persepsi risiko, pengetahuan, informasi, proteksi diri, modal sosial dan ekonomi. Dari keenam variabel, persepsi risiko memiliki angka terkecil.

"Bisa dilihat persepsi risiko paling kecil hanya 2,48. Ini sangat memprihatinkan," ujar Sulfikar.

3. Angka dalam variabel proteksi diri warga Jakarta cukup tinggi

Ilustrasi masker (IDN Times/Dwi Agustiar)

Sulfikar mengatakan, angka terbesar didapat pada variabel proteksi diri. Hasil penelitian menyebutkan, variabel proteksi diri warga DKI Jakarta dari paparan virus corona atau COVID-19 berada pada angka 4,29.

"Ini cukup bagus dan tentu harus dijaga," ujar Sulfikar.

Baca Juga: Koalisi Warga Kawal New Normal: Jangan Jadi New Abnormal

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya