TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Minyak, Gas dan Batu Bara Makin Menipis, Faisal Basri: Gila Gak?

Minyak diperkirakan habis 2026

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Jakarta, IDN Times – Ekonom Senior INDEF Faisal Basri mempertanyakan cadangan minyak Indonesia yang terus turun tiap tahunnya. Saat ini cadangan minyak Indonesia tersisa 3,2 miliar barel. Padahal pada tahun 1980, jumlah cadangan minyak Indonesia mencapai 11,6 miliar barel.

“Artinya kita menggasak minyak lebih cepat dari usaha kita memperoleh cadangan baru. Ini kita perkosa terus cadangan minyak kita. Kita malas cari dan mengeksplorasi,” kata Faisal dalam konferensi pers berjudul Pemanasan Debat Capres Kedua: Tawaran INDEF untuk Agenda Strategis Pembangunan SDA dan Infrastruktur di Pejaten, Jakarta, Kamis (14/2).

1. Faisal prediksi 2026 cadangan minyak Indonesia habis

IDN Times / Helmi Shemi

Dari perhitungannya, Faisal memprediksi cadangan minyak Indonesia akan habis pada 2026 jika tidak ada penemuan cadangan minyak baru dan diversifikasi ke minyak nonfosil.

“Kalau tidak ada penemuan baru dari yang sekarang dan tingkatr resevere 9,2 tahun dari 2017, 2026 minyak kita habis,” katanya.

2. Ada yang salah dari pengelolaan minyak Indonesia

Dok.IDN Times/Istimewa

Ekonom senior ini lalu membandingkan cadangan minyak Indonesia dengan beberapa negara seperti Vietnam, Australia dan India. Kecuali India yang cadangan minyaknya turun sedikit, kedua negara lain tersebut memiliki cadangan minyak yang tidak turun alias flat.

“Indonesia ada di ring of fire banyak bencana tapi di dalam perut bumi ring of fire energi semua. Makanya disebut ring of energy. Tapi kok reserve (cadangan minyak) kalah sama Malaysia dan Vietnam yang agak kecil. Berarti ada yang salah dengan pengelolaan sumber daya alam atau minyak kita,” papar Faisal.

3. Miris, Indonesia dari ekspor menjadi impor minyak

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Dalam blognya, Faisal menulis besarnya konsumsi minyak di Indonesia membuat negara kita berubah status: dari negara pengekspor minyak menjadi negara pengimpor minyak.

“Betapa besar dahaga mengonsumsi minyak. Emas hitam dinilai rendah, seolah kita berkemelimpahan minyak. Akibatnya, status sebagai pengekspor neto minyak berbalik menjadi negara pengimpor neto minyak, dengan kesenjangan kian melebar,” tulis Faisal.

Baca Juga: Kebijakan Energi Jokowi, Blok Rokan Kembali ke Ibu Pertiwi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya