TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sekitar 3 Persen Makanan Takjil Mengandung Bahan Berbahaya

Waspada, masih ada yang menggunakan boraks dan formalin!

IDN Times/Helmi Shemi

Jakarta, IDN Times - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan sejumlah sampel atau contoh makanan khas berbuka puasa yang mengandung bahan berbahaya, selama pengawasan sejak April lalu.

Penemuan ini kemudian dipaparkan di Gedung C BPOM, Johar Baru Jakarta Pusat, Senin (20/5). Seberapa besar makanan berbuka puasa yang masih menggunakan bahan berbahaya tersebut jika dibandingkan dari tahun lalu?

Baca Juga: Cegah Peredaran Makanan dan Obat Ilegal, BPOM Harus Seperti KPK

Baca Juga: Awal Ramadan, BBPOM Cek Kelayakan Bahan Takjil di Pasar Makassar

1. Dari 2.804 sampel, 83 di antaranya positif menggunakan bahan berbahaya

IDN Times/Helmi Shemi

Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito mengatakan pangan jajanan berbuka puasa atau yang kerap disebut takjil, masih ada yang mengandung bahan yang tidak seharusnya ada dalam makanan. Dari 2.804 sampel yang diperiksa oleh petugas Badan POM di berbagai kota di Indonesia, terdapat 83 sampel atau 2,96 persen yang masuk kategori tidak memenuhi syarat (TMS).

2. Makanan apa saja yang menggunakan bahan berbahaya?

IDN Times/Daruwaskita

Makanan berkategori TMS itu kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu kelompok agar-agar, kelompok minuman berwarna, kelompok mie, dan kelompok kudapan. Temuan bahan berbahaya yang banyak terdapat pada pangan yaitu formalin sebesar 39,29 persen, boraks 32,14 persen, dan rhodamin b sebesar 28,57 persen.

Baca Juga: Sidak Pasar Takjil, BPOM Temukan Cincau Boraks di Bandung

3. Angkanya menurun jika dibandingkan 2018

IDN Times/Helmi Shemi

Penny menyebut, apabila dibandingkan dengan data intensifikasi pangan pada tahun 2018, tahun ini terjadi penurunan persentase produk takjil yang berkategori TMS. Pada pelaksanaan intensifikasi tahap III tahun 2018, sampel yang tidak memenuhi syarat sebesar 5,34 persen persen.

“Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman pedagang takjil yang kebanyakan merupakan ibu rumah tangga terhadap keamanan pangan semakin meningkat,” ujar Penny.

Baca Juga: Sidak Takjil di Semarang, BPOM Temukan Mi Berformalin 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya