TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Biografi Halim Perdanakusuma: Eks Perwira Sekutu di Perang Dunia II

Halim Perdanakusuma sempat jadi anggota AU Kerajaan Inggris

Abdul Halim Perdanakusuma, pahlawan nasional. (tni-au.mil.id).

Jakarta, IDN Times - Siapa yang tidak kenal Bandara Halim Perdanakusuma, pangkalan udara militer yang juga digunakan sebagai bandar udara sipil di Jakarta. Namun, mungkin belum semua tahu bahwa nama yang disematkan pada eks Pangkalan Udara Cililitan itu, berasal dari nama salah satu pahlawan bangsa, Abdul Halim Perdanakusuma yang memiliki banyak jasa terhadap Indonesia, terutama angkatan udara.

Belum banyak yang tahu, pria kelahiran Madura ini sempat bergabung dengan Angkatan Udara Inggris. Bahkan, dia tercatat sebagai mantan perwira udara sekutu dan terlibat dalam Perang Eropa untuk melawan tentara fasis NAZI yang kala itu dipimpin oleh Adolf Hitler.

Kepiawaiannya itu membuat dirinya menjadi salah satu orang Indonesia paling berpengalaman dan disegani di Angkatan Udara. Dia tercatat sudah merampungkan 44 misi penerbangan, termasuk menggunakan Avro Lancaster dan Liberator saat melakukan serangan udara di wilayah Jerman sampai Prancis.

Baca Juga: Sempat Lumpuh, Bandara Halim Perdanakusuma Kembali Normal Besok

1. Anak Sampang yang sempat menimba ilmu di Sekolah Pamong Praja (MOSVIA)

Abdul Halim Perdanakusuma, pahlawan nasional. (civitasbook.com).

Siapa sangka, Halim kecil merupakan anak polos biasa yang menempuh pendidikan sekolah dasar di kampung halamannya Sampang. Dia harus berpindah-pindah mengikuti orang tuanya hingga melanjutkan sekolah dasar di Hollandsche Inlandsche School (HIS), Semarang pada 1928. Hal itu yang membuatnya mulai bisa belajar bahasa Belanda.

Setelah lulus sekolah dasar, anak seorang Patih dari Sampang bernama Haji Raden Muhammad Baharuddin Wongsotaruno ini melanjutkan sekolah setingkat SMP di MULO Surabaya. Di sana Abdul Halim Perdanakusuma terus menimba ilmu hingga lulus pada 1938 dan fasih menggunakan bahasa kolonial.

kemudian Halim melanjutkan ke Sekolah Pamong Praja (MOSVIA) di Magelang. Hanya saja, dia harus berhenti melanjutkan pendidikan saat masih duduk di tingkat II. Pemerintah Hindia Belanda memberikan aturan wajib militer bagi rakyat, termasuk daerah jajahan untuk bersiap menghadapi terjadinya perang di Asia saat pergolakan di pelbagai negara Eropa memanas.

Sempat bekerja di departemen dalam negeri kolonial dalam waktu singkat,
Angkatan Laut Hindia Belanda mengirimnya untuk mengikuti pendidikan opsir (calon perwira) Torpedo di Surabaya. Namun, waktunya tak berlangsung lama, Belanda keburu mengalami kejatuhan dan harus memberikan kekuasaan tanpa syarat kepada Jepang pada 1942.

2. Abdul Halim Perdanakusuma bergabung dengan Royal Air Force (RAF)

Abdul Halim Perdanakusuma, pahlawan nasional. (tni-au.mil.id).

Halim yang kala itu tengah melakukan pendidikan bersama Angkatan Laut Belanda pun terpojok oleh tentara Jepang sampai Cilacap. Dia pun terpaksa ikut menyeberang bersama orang-orang Belanda lainnya untuk menyelamatkan diri ke Australia.

Tapi siapa sangka, perjalanannya ke Australia ternyata mengantarkan Halim berkiprah bersama angkatan udara negara-negara Eropa. Dia mulai bergabung bersama tentara Inggris yang melakukan misi di India, sampai akhirnya mengenal Panglima Armada yang juga pernah jadi wakil raja Inggris di India, yaitu Laksamana Mountbatten.

Di sana dia melanjutkan pendidikan militer dan mengambil jurusan Angakat Udara. Anak keempat dari sembilan bersaudara ini pun mendapatkan berbagai pelatihan mulai dari latihan navigasi dari Angkatan Udara Kanada, Royal Canadian Air Force (RCAF), sampai ditempatkan di sebagai perwira navigasi bagian udara Inggris.

Dikutip dari buku Bakti TNI Angkatan Udara, 1946-2003, selama Perang Dunia II dalam menjalankan masa penugasan sebagai militer di Royal Air Force (RAF), Abdul Halim Perdanakusuma menyandang pangkat Wing Commander. Dia acap kali mendapatkan tugas untuk melakukan pengeboman menggunakan skadron tempur pesawat Lancaster dan Liberator.

3. Pengalaman berat The Black Mascot saat kembali ke Indonesia

Abdul Halim Perdanakusuma, pahlawan nasional. (Twitter/@tukangpulas).

Menariknya, kehebatan Halim selama berseragam tentara di Negeri Ratu Elisabeth begitu diakui, sampai-sampai dirinya dijuluki The Black Mascot oleh Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Kebetulan atau tidak, selama menjalani misi bersama skuadron yang mengudara, seluruh awak pesawat yang terbang bersamanya bisa kembali dengan selamat.

Pasca-Perang Dunia II pada 1946, Halim pun dikembalikan Angkatan Udara Kerajaan Inggris ke Angkatan Laut Belanda. Hal itu membuatnya otomatis bisa kembali ke Tanah Air. Hanya saja, kepulangannya saat itu sedikit kurang tepat, karena Indonesia sedang dalam masa sulit. Maklum, kala itu rakyat tengah berjuang melawan penjajahan dari Belanda.

Nahas, Abdul Halim Perdanaksusuma yang pulang kampung malah dicap sebagai penghianat negara. Dia masih disebut sebagai antek Belanda (kolonial yang belum mengakui kemerdekaan Indonesia dan dianggap sebagai bagain dari pasukan NICA. Akibatnya, dia harus rela dibui di dalam sel tahanan di wilayah Kediri.

Akan tetapi, tak lama berselang Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin mengeluarkan titah untuk mengeluarkan Halim dari sel, karena kondisi Indonesia dengan Belanda semakin panas. Dia pun diungsikan ke kampung halamannya Sumenep.

Baca Juga: Kisah Sakiman, Veteran 110 Tahun Siantar Anak Buah Jenderal Soedirman

4. Halim bergabung menjadi Tentara Keamanan Rakyat di Jawatan Penerbangan

Abdul Halim Perdanakusuma, pahlawan nasional. (civitasbook.com).

Mendengar pria dengan segudang pengalaman di dunia militer itu bebas, salah satu tokoh Angkatan Udara, Soerjadi Soerjadarma mengajak Halim bergabung menjadi Tentara Keamanan Rakyat di Jawatan Penerbangan bersama dengan Abdulrahman Saleh dan Adi Sucipto yang tengah membangun pasukan Angkatan Udara. Dia diberi mandat sebagai perwira operasi udara dengan pangkat Komodor Muda Oedara (KMO).

Beberapa tugas penting pun dilakukan Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma, termasuk menyiapkan serangan balasan kepada Kolonial, setelah Indonesia diserang habis Belanda dalam Agresi Militer I pada 22 Juli 1947. Misi tersebut sukses melumpuhkan tiga kota yang dikuasai penjajah Belanda, yakni di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa pada 29 Juli 1947.

Ternyata, hal itu membuat tentara Belanda geram. Menggunakan dua pesawat pemburu Kitty Hawk pada sore harinya, mereka melancarkan tembakan ke pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpangi Adisutjipto, Abdulrahman Saleh, dan Adisumarmo Wiryokusumo. Di mana saat itu ketiganya baru kembali dari Palang Merah Internasional membawa obat-obatan.

Pascakejadian memilukan itu, Abdul Halim Perdanakusuma pun menggantikan posisi Adisucipto yang menduduki posisi Wakil Kepala Staf AURI. Di sana dia mendapatkan tugas baru membangun Angkatan Udara di Sumatera. Hal itu dilakukan agar bisa menghubungkan pulau tersebut dengan Jawa dan menjadikannya pangkalan udara cadangan jika Jawa dikuasai Belanda.

Baca Juga: Biografi TB Simatupang, Ahli Strategi Perang Penerus Jenderal Sudirman

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya