TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BMKG Lakukan 4 Hal Ini untuk Berantas Informasi Hoax saat Bencana

Hoax kerap meresahkan masyarakat saat terjadi bencana

IDN Times/Humas BMKG

Jakarta, IDN Times - Maraknya hoax atau informasi yang menyesatkan pasca-terjadi bencana alam di media sosial, menjadi perhatian serius Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Untuk mengatasi masalah tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerapkan langkah-langkah jitu untuk memeranginya.

"Informasi hoax saat maupun pasca-terjadinya bencana alam menjadi perhatian serius kami. Mengingat hal tersebut bisa menimbulkan rasa kecemasan, resah, hingga kepanikan korban bencana maupun keluarganya. Untuk itu, kami melakukan cara-cara jitu," ujar Dwikorita saat ditemui IDN Times di ruang kerjanya, Senin 19 Desember pagi.

Baca juga: BMKG Imbau Warga Sukabumi Jauhi Wilayah Pantai

Lalu apa saja yang dilakukan BMKG untuk mengantisipai masalah hoax?

Baca juga: BMKG: Waspadai Gelombang Tinggi hingga 7 Meter, Ini Penyebabnya

"Seluruh jajaran BMKG di seluruh Indonesia harus siap sedia jika terjadi bencana. Siapa dan dimana pun harus melakukan penyebaran informasi segera mungkin, guna menghindari hal yang tidak diinginkan. Mengingat mereka sangat dekat dengan instrumen dan alat," ujar ibu dua anak ini. 

1. Langsung on air jika terjadi bencana

IDN Times/Humas BMKG

Begitu terjadi bencana alam, kata Dwikorita, seluruh jajaran BMKG di seluruh Indonesia diminta selalu siap dan melakukan on air di media terdekat, guna mengabarkan hal tersebut. 

Baca juga: BMKG: Ada 19 Kali Gempa Susulan Yang Mengguncang Wilayah Selatan Jawa

"Alat ini semua sudah kita pasang di lokasi-lokasi yang dianggap berpotensi bahaya. Seperti di pantai, perairan, hingga pegunungan," jelas dia. 

2. Tempatkan alat canggih 

IDN Times/Humas BMKG

Untuk mengetahui terjadinya bencana, kata Dwikorita, berapa kekuatan hingga kedalaman dan potensi bahaya tsunami, BMKG telah menempatkan ratusan alat canggih yang ada di 33 stasiun geofisika, yang meliputi 165 sensor seismograf (alat pencatat gempa) dan 285 accelerometer atau alat pencatat tingkat percepatan getaran tanah akibat guncangan tanah. 

Baca juga: BNPB dan BMKG Cabut Peringatan Tsunami Pasca-Dua Kali Gempa di Jawa Barat

"Semua alat sudah terkoneksi dengan baik. Artinya semua petugas yang bertugas maupun tidak di seluruh Indonesia, bisa memantau karena data tercatat dan terekam. Dan ini semua terkait akurasi dan validasi serta tanggungjawab kami dalam menyampaikan informasi ke publik," kata dia. 

3. Semuanya dipantau dalam satu aplikasi

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Dwikorita mengatakan BMKG juga memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menyebarkan informasi. Mengingat, semua alat dan instrumen yang ada telah terhubung dengan website hingga aplikasi. 

Baca juga: BMKG Sebut Indonesia Jadi 'Supermarket' Bencana

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya