Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - BPJS Kesehatan akan mengembangkan sebuah opsi untuk pengobatan gagal ginjal. Deputi Direksi Jaminan Pelayanan Kesehatan Rujukan BPJS Kesehatan, Budi Muhammad Arif, mengatakan pihaknya akan membicarakan lebih lanjut mengenai pengobatan jenis Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).
"CAPD untuk bisa dijadikan prioritas ke depannya. Sebab tidak mungkin kita bisa menunggu pemenuhan alat cuci darah di daerah," ujar Budi dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia, Kamis (14/3).
Baca Juga: Penyakit Ginjal Kronik Telan Biaya Rp3,1 Triliun, Ini Penyebabnya
1. Program JKN menjamin pengobatan gagal ginjal
IDN Times/Sukma Mardya Shakti Budi melanjutkan, CAPD diharapkan bisa dijadikan solusi ketika akses pelayanan di daerah terkandala. Dia memastikan program JKN menjamin transplantasi.
"Skrining sudah ditanggung INA-CBG's. Pencakokkan juga dibayarkan. Persyaratan pendonor juga dibiayai kalau dia juga peserta JKN," jelasnya.
2. Sebanyak 59 persen pasien gagal ginjal masih di usia produktif
Data Indonesian Renal Registry (IRR) 2017 menunjukkan jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak 77.892 orang. Sementara pasien baru sebanyak 30,843 orang, 59 persen di antaranya terjadi di usia produktif 45-64 tahun.
"Dampak ekonomi yang ditimbulkan demikian besar. Pada 2017 JKN menghabiskan dana sebanyak Rp2,2 triliun untuk pasien gagal ginjal. Itu pengeluaran nomor tiga tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker," jelas Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Aida Lydia.
3. Penderita penyakit ginjal kronis kian meningkat
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Selain itu, penderita penyakit ginjal kronis (PGK) juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, persentase penyakit ginjal kronis (PGK) sebesar 3,8 persen, naik 1,8 persen dari tahun 2013.
"Akses layanan yang belum merata di seluruh Indonesia menjadi salah satu permasalahan utama dalam penanggulangan PGK. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, dan peran serta seluruh masyarakat," ujarnya.
4. Penyakit ginjal kronik menelan biaya Rp3,1 triliun
Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) tahun 2017, beban negara akibat PGK tercatat 3.657.691 prosedur dialisis dengan total biaya sebesar Rp3,1 triliun.
Aida menjelaskan, saat ini diperkirakan sekitar 10 persen penduduk dunia menderita PGK. Menurut dia, prevalensi PGK cenderung lebih tinggi di negara berkembang.
"Di Asia Tenggara, prevalensi PGK sangat beragam, antara lain di Malaysia sekitar 9,1 persen, di Thailand 16,3 persen," ungkap Aida.
Baca Juga: 10 Gejala Kanker Ginjal yang Jarang Disadari Orang Awam, Waspada!