Kemendag akan Impor Beras 500 Ton, Pengamat: Kenapa Buru-Buru?
Kebijakan Kemendag menuai polemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rencana Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuka impor beras 500 ribu ton dari Thailand dan Filipina menuai polemik. Pasalnya, pada Februari mendatang akan memasuki masa panen raya. Para petani pun terancam dirugikan akibat rencana impor beras tersebut.
Baca juga: Soal Beras Impor 500 Ribu Ton, Begini Penjelasan Wapres Jusuf Kalla
1. Kebijakan impor beras Kemendag dipertanyakan
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Indonesia Prof Tjipta Lesmana mempertanyakan rencana yang digulirkan Kemendag tersebut. Merujuk pada Pasar Induk Cipinang, sejak akhir Desember 2017 harga beras memang bergerak naik. Namun, hal itu bukan berarti stok beras berkurang.
"Gubernur Sulsel menyatakan wilayahnya kelebihan beras, begitu pula Gubernur NTB yang mengkritisi kebijakan Kemendag," kata Tjipta dalam diskusi Dinamika Harga dan Impor Beras di Jakarta, Rabu (17/1).
Menurut Tjipta, akar permasalahan terletak pada data yang tak akurat, baik dari BPS, Bulog, Kemendag, maupun Kementan. Selain itu, data terkait kebutuhan konsumsi beras masyarakat Indonesia juga tak jelas.
"Yang saya tekankan di sini, kita bisa lolos dari masa sulit 2016-2017 saat dihantam bencana La Nina dan El Nino tanpa impor beras. Lantas mengapa sekarang harus impor?" katanya.