TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aksi Teror Berlanjut, Penjaga Konsulat Prancis di Saudi Ditusuk

Kedutaan besar Prancis mengecam keras serangan itu

Warga di Peshawar, Pakistan membakar spanduk dengan bendera Prancis sebagai aksi protes (ANTARA FOTO/REUTERS/Fayaz Aziz)

Jakarta, IDN Times - Pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron membuat Prancis menjadi sasaran penyerangan. Salah satunya, penjaga konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi, diserang oleh seorang pria Arab menggunakan senjata tajam, Kamis (29/10/2020).

Kejadian tersebut mengakibatkan penjaga konsulat Prancis mengalami luka tusuk meski tidak sampai kritis, setelah dilarikan ke rumah sakit. Sementara, pelaku penyerangan berhasil ditangkap.

“Kedutaan besar Prancis mengecam keras serangan terhadap properti diplomatik sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan," demikian pernyataan Kedutaan Prancis terkait peristiwa ini seperti dikutip dari ANTARA, Jumat (30/10/2020).

Baca Juga: Serangan Teror di Prancis Berlanjut, 3 Orang Tewas Ditusuk di Gereja

1. Di hari yang sama, aksi teror terjadi di Prancis

Ilustrasi Aksi Terorisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebelum penyerangan di Konsulat Prancis, terjadi teror di Negara Mode itu berupa aksi penusukan terhadap tiga orang di Gereja Notre-Dame basilica di Nice, pada Kamis (29/10/2020). Tiga orang menjadi korban dalam peristiwa itu, terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki yang akhirnya meninggal dunia.

Stasiun berita BBC melaporkan, satu korban yang berusia lebih tua dan datang ke gereja untuk berdoa, dipenggal oleh pelaku dan disiarkan secara virtual.

2. Pelaku berhasil ditangkap

Ilustrasi tersangka (IDN Times/Bagus F)

Wali Kota Nice Christian Estrosi mengatakan, polisi Prancis berhasil menahan pelaku yang merupakan seorang pria. Melalui akun media sosialnya, Estrosi tegas mengatakan bahwa kejadian itu merupakan teror di dalam Gereja Notre-Dame basilica. 

"Satu korban perempuan berlindung di sebuah kafe tetapi ia tewas karena luka yang ia derita. Sementara, korban perempuan lainnya dibunuh dengan cara yang paling menyeramkan, seperti yang dialami oleh guru itu," tutur Estrosi, dikutip dari stasiun berita Al Jazeera. 

Ia merujuk kepada seorang guru bernama Samuel Paty yang dibunuh dengan cara dipenggal pada 16 Oktober 2020 lalu oleh seorang remaja yang berasal dari etnis Chechnya.

Baca Juga: Usai Teror di Gereja, Prancis Berlakukan Status Keamanan Darurat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya