TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pesan PBNU Kepada Neno Warisman: Yang Kita Sembah Tuhan, Bukan Pilpres

PBNU tanggapi puisi kontroversi Neno Warisman di Munajat 212

Wakil Ketua tim BPN Neno Warisman ketika membacakan puisi Munajat 212. (IDN Times/Santi Dewi)

Jakarta, IDN Times - Puisi Neno Warisman dalam Malam Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2) menuai kontroversi. Sebab dalam puisi tersebut disebutkan jika Prabowo-Sandiaga tak memenangkan Pilpres, maka tidak akan ada lagi yang menyembah Allah.

Ketua Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas merespons puisi tersebut. 

Baca Juga: Wapres Jusuf Kalla Soal Puisi Neno: Itu Kampanye yang Keliru

1. PBNU mempertanyakan makna penggalan puisi Neno Warisman

Instagram/@robikinemhas

Robikin menegaskan semua calon presiden dan wakil presiden beragama Islam, yakni Jokowi-Ma'ruf Amin serta Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dia pun mempertanyakan apa dasar kekhawatiran Neno bahwa Allah tak lagi disembah jika calon pasangan presiden dan wakil presiden yang didukungnya kalah.

"Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah SWT. Bukan Pilpres," kata Robikin dalam keterangannya, Sabtu (23/2).

2. PBNU kritik puisi Neno yang sebut pilpres adalah perang

Instagram/@robikinemhas

Dia juga mengkritik puisi Neno yang mengandaikan Pilpres adalah perang karena merupakan kontestasi lima tahunan dan proses demokrasi biasa. Robikin menegaskan berdoa juga merupakan upaya membangun hubungan dengan Allah, dan bukan dengan memanipulasi fakta.

Dia menuturkan Neno agar tak mengukur kadar keimanan orang lain dengan memakai ukuran sendiri. "Tak usah berusaha mengukur kadar keimanan orang. Apalagi masih terbiasa ukur baju orang lain dengan yang dikenakan sendiri,” kata Robikin.

3. Neno sebut kata mujahid dan mujahidah dalam puisinya

IDN Times/Amelinda Zaneta

Dalam puisi tersebut, Neno menyebut kata mujahid dan mujahidah yang secara umum berarti pejuang dalam peperangan. Di bawah ini sebagian cuplikannya

"Puisi munajat ini kubaca bersama saudara-saudaraku, Mujahid mujahidah yang datang berbondong-bondong dari segala arah, maka inilah puisi munajat. Mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu, bersimpuh di pelataran keprihatinan.”

Baca Juga: Kubu Jokowi: Neno Warisman Menjadikan Agama Sebagai Kedok Politik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya