TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

NOSTALGIA JAKARTA: 6 Nama yang Pernah Dipakai Sebelum Jakarta

Ada yang tahu gak 6 nama sebelum Jakarta? #NostalgiaJakarta

Gedung-gedung yang berlokasi di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat (IDN Times/Besse Fadhilah)

Jakarta, IDN Times - Jakarta, kota megapolitan. Pusat pemerintahan hingga perekonomian berada di Ibu Kota negara Republik Indonesia ini.

Kemegahan gedung pencakar langit menjadi ciri khas Jakarta masa kini. Namun siapa sangka Jakarta memiliki sejarah panjang.

Salah satunya terkait dengan nama kota. Sejarawan JJ Rizal mengatakan kota yang akan merayakan HUT ke-494 pada 22 Juni 2021 ini setidaknya memiliki enam nama, sebelum Jakarta.

"Kalau gak salah itu sampe tujuh kali ya, Jakarta ganti nama. Pertama, namanya Kalapa, kemudian Sunda Kalapa, kemudian Jayakarta, kemudian Jaketra, kemudian Batavia, kemudian Jakurata, kemudian Jakarta," kata JJ Rizal saat berbincang dengan IDN Times.

Bagaimana cerita dari nama-nama tersebut? Mari simak ulasannya dalam Nostalgia Jakarta bersama JJ Rizal.

Baca Juga: Sejarah Jakarta dan Kisah yang Kamu Perlu Tahu di Dalamnya

1. Kalapa

Lukisan Andries Beeckman tentang kehidupan di daerah Kali Besar, Batavia, sekitar tahun 1656. (Wikimedia Commons/Rijksmuseum)

Nama Kota Kalapa menurut JJ Rizal muncul dalam peta Nusantara paling tua yang pernah ditemukan. Peta tersebut dibuat sekitar abad ke-14.

Menurutnya, peta Nusantara itu ditemukan Karel Frederik Holle, saudagar teh kelahiran Amsterdam, Belanda, pada abad ke-19. Kalapa merupakan kota pelabuhan yang menjadi permukiman awal warga Sungai Ciliwung.

"(Peta Nusantara) Menyebutkan kota-kota Pelabuhan di Jawa dan salah satunya Kalapa," kata dia.

2. Sunda Kalapa

Wikipedia

Sekitar abad ke-16, nama Sunda Kalapa diperkirakan mulai dipergunakan. Hal ini merujuk pada naskah lokal maupun internasional, khususnya dari daratan Eropa.

"Muncul Sunda Kalapa, terutama dalam perjanjian antara Kerajaan Sunda dengan Portugis. Nah itu muncul kata Sunda Kalapa pertama kali kalau kita baca laporan-laporan Portugis," ungkap JJ Rizal.

Sunda Kalapa merupakan penggabungan antara kerajaan Sunda dengan kota pelabuhan Kalapa. Kerajaan Sunda kala itu dikenal sebagai produsen lada yang pengirimannya melalui pelabuhan Kalapa.

"Kalapa ke Sunda Kalapa itu menggambarkan bagaimana kota pelabuhan itu menjadi bagian dari sebuah sistem organisasi kerajaan yang terkait langsung dengan perdagangan mondial jalur rempah ya," ucapnya.

3. Jayakarta

Instagram.com/pratamagy

Perubahan nama kota pun berlanjut. Kota pelabuhan ini berubah nama menjadi Jayakarta, saat Fatahillah yang merupakan utusan Sultan Trenggono dari Kesultanan Demak menaklukkan Sunda Kalapa.

"Fatahillah ini menyerang pada 1527, Kota Sunda Kalapa dan kemudian mengganti namanya menjadi Jayakarta," tutur JJ Rizal. Tahun 1527 ini dipilih sebagai hari lahir Kota Jakarta dikemudian hari.

Meski begitu, di saat yang bersamaan, ia mengatakan Jayakarta sering disandingkan dengan nama lain yaitu Surakarta. Sayangnya nama yang identik dengan daerah di Jawa Tengah itu kurang populer.

"Sebenarnya nama Jayakarta itu sering disandingkan dengan nama Surakarta. Tapi, nama ini kurang populer dan kurang mendapat pembahasan dalam historiografi kita," ucapnya.

4. Jaketra

bythedutch.com

Selanjutnya, nama Jaketra dipergunakan sekitar tahun 1619 hingga 1621. Jaketra bukan nama resmi yang disematkan untuk menggantikan Jayakarta,

Ketika itu, VOC menguasai pelabuhan Jayakarta. Awalnya pemodal VOC Heeren Zeventien ingin memberikan nama Batavia, mengikuti leluhurnya suku Bataviar.

"Tapi karena yang mengambil alih kota Jayakarta adalah (Gubernur Jenderal VOC) Jan Pieterszoon Coen, dan Jan Pieterszoon Coen merasa jasanya yang paling besar, maka dia berpikir untuk mengganti namanya kota Jayakarta menurut nama kampung halamannya dia, New Hoorn," kata dia.

"Nah karena ada konflik dua kepentingan ini tidak ada yang berani menyebut kota ini New Hoorn, tidak yang berani menyebut kota ini Batavia. Maka dalam periode yang vakum itu disebut kota ini sebagai Jaketra," imbuhnya.

5. Batavia

Jakarta Tahun 1939 (Studi Ruang Lingkup (Terrain Studies) Batavia-Bandung)

Pada tahun 1621, nama Batavia pun digunakan untuk menamai kota pelabuhan ini. VOC memilih nama Batavia untuk merepresentasikan kota koloni kulit putih.

Mereka tidak ingin sekadar menjadikan kota ini sebagai markas dagang.

"Batavia mulai dipakai pada tahun 1621 ketika Coen sudah menyelesaikan masa tugasnya sebagai gubernur jenderal," kata JJ Rizal.

"Jadi, gak mungkin kota kulit putih itu diberi nama mengikuti nama yang sudah ada, dia harus diberi nama baru yang mencerminkan dunia orang kulit putih," ucapnya.

6. Jakurata

Suasana Kali Besar, Kota Tua, Jakarta Barat setelah revitalisasi (IDN Times/Besse Fadhilah)

Penguasaan kota di hilir Sungai Ciliwung pun berganti ketika Jepang mulai menjajah Indonesia pada 1942. Pemerintah Jepang yang membenci hal-hal berbau Belanda pun mencoba mengubah keadaan, termasuk mengganti nama jalan hingga kota.

"Nama-nama jalan, nama-nama tempat diubah, termasuk nama kota, awalnya Batavia diganti namanya menjadi Jakurata. Sebenarnya pada periode ini, mayoritas nama-nama tempat dan jalan di Jakarta itu diubah memang, misalnya Jalan Oranje Boulevard diganti menjadi Miodori," ungkapnya.

Penggantian nama ini menurut JJ Rizal bertujuan untuk menghilangkan jejak Belanda. Jepang juga ingin memunculkan semangat pribumi.

"Mereka menginginkan agar semangat ke-Indonesia-an dan nama-nama dengan berbahasa Indonesia itu yang menjadi mahkota dari tempat-tempat di Jakarta itu sendiri," imbuh JJ Rizal.

Baca Juga: Sejarah Monas, Tempat Kerbau Cari Makan hingga Jadi Lapangan Raja

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya