NOSTALGIA JAKARTA: Kisah Ciliwung Saudara Kembar Ibu Kota
Dari jantung kota hingga identik dengan bencana
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sungai Ciliwung, ya siapa yang tak mengenal sungai yang membentang panjang dari Bogor hingga Jakarta. Setiap musim penghujan tiba, Sungai Ciliwung selalu menjadi perhatian.
Maklum saja, Sungai Ciliwung kini lebih identik dengan banjir. Luapan air dari sungai tersebut sering kali memaksa warga untuk mengungsi karena rumah terendam.
Sejarawan JJ Rizal tak memungkiri hal tersebut. Namun, ia mengatakan, Sungai Ciliwung merupakan awal peradaban Jakarta.
"Ya Ciliwung itu saudara kembarnya Jakarta. Jadi Jakarta sebenarnya lahir bersama Ciliwung," kata JJ Rizal saat berbincang dengan IDN Times dalam Nostalgia Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, Ibu Kota terbentuk dari hujan tropis yang mengikis punggung gunung di selatan Jakarta. Air hujan itu membawa lumpur dan membentuk daratan aluvial.
"Airnya itu juga membentuk sungai. Jadi Jakarta daratannya dan Ciliwung itu dua saudara sebenarnya," ucap JJ Rizal.
Lalu, dari mana asal nama Ciliwung dan sejak kapan dikenal identik dengan bencana?
Baca Juga: NOSTALGIA JAKARTA: 6 Nama yang Pernah Dipakai Sebelum Jakarta
1. Asal nama Sungai Ciliwung
JJ Rizal mengatakan, belum diketahui secara pasti kapan nama Ciliwung disematkan pada sungai yang membelah Jakarta. Berbagai naskah klasik sudah menyebut nama Sungai Ciliwung.
"Ciliwung ini nama yang sudah disebut dalam sumber-sumber Sunda klasik ya. Itu nama purba, definisinya atau artinya ada bermacam-macam, ada yang bilang itu nama orang seorang panglima perang," kata dia.
Akan tetapi, ada yang mendefinisikan sebagai liwung-liwung atau berkelok-kelok seperti wujud sungainya. Kemudian ada pula yang mengartikan Ciliwung sebagai cihaliwung atau sungai keruh.
"Dan memang sifat dasar dari Ciliwung itu, sejak awal ketika terbentuk 5.000 tahun yang lalu itu memang sungai yang membawa endapan lumpur," jelas JJ Rizal.
Baca Juga: NOSTALGIA JAKARTA: Cerita Monumen dan Patung Gagah di Ibu Kota