Menpar Buat Takjub Decission Maker di Pacific Exposition 2019
Para hadirin serius menyimak presentasi Menpar Arief Yahya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Auckland, IDN Times - Penampilan Menpar Arief Yahya saat menjadi pembicara kunci di Pacific Exposition 2019, Auckland, Kamis (11/7/2019), betul-betul memukau. Para decission maker industri pariwisata Asia Pasifik yang mengikuti tourism forum di Sky City Convention Center, Auckland, dibuat senyap. Hening sehening-heningnya. Semua terlihat serius menyimak presentasi dari Menteri Arief yang sukses membawa Kemenpar menjadi kementerian pariwisata terbaik Asia Pasifik 2018 itu.
Ada kesan hangat. Ada juga keintiman yang tercipta saat Menpar Arief naik podium. Tamu-tamu VIP terdiam. Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Samoa, dan Tonga, Tantowi Yahya, Kelvin Davis Menteri Pariwisata Selandia Baru, CEO South Pacific Tourism Organization Chris Cocker, sampai CEO tourism Tuvalu Toukelina Finikaso, terlihat serius menyimak.
Begitu juga dengan Director of Central of Tourism, Arts and Culture of Timor Leste Jose Felipe does Quintas, CEO for Tourism of Tonga Sione Finau Moala, Chair of Carnival Australia Ann Sherry Ao, Chief Executive of Tourism Industry Aotearoa (ITA) Chris Roberts, Dwayne Alexander--CEO Alexander PR Company, Prof Nigel Hammington--Vice Chancellor of Auckland University of Technology, Marja Lubeck--MP of NZ Parliament & Former President of FARSA (Flight Attendant and Related Services Association), Rico Tupai--Menteri Informasi dan Komunikasi Teknologi Samoa, Vicky Lee--CEO of Hospitality Selandia Baru, dan Menteri Pariwisata dan Budaya Kepulauan Solomon Bartholomew Parapolo juga ikut serius menyimak.
Ternyata semua kagum dengan capaian yang diraih Menpar Arief Yahya. Hal itulah yang membuat audience hening. Terlihat serius menyimak paparan mantan Dirut Telkom itu. Dalam presentasinya, Arief mengatakan pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat dengan peringkat kesembilan di dunia, nomor tiga di Asia, dan nomor satu di kawasan Asia Tenggara. Penerimaan devisa dari sektor pariwisata juga terus meningkat sejak 2015.
"Capaian sektor pariwisata Indonesia dicatat oleh perusahaan media di Inggris, The Telegraph. Telegraph mencatat Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat," ujar Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya, Kamis (11/7/2019).
1. Pariwisata Indonesia sudah diakui dunia
Terkait dengan data yang dikeluarkan Telegraph bahwa Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat, data tersebut riil. Telegraph memang pernah menyebut pertumbuhan pariwisata Indonesia empat kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan regional dan global.
Kunjungan wisata mancanegara (wisman) ke Indonesia tumbuh 22%. Angka tersebut berarti 3 kali lipat jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan regional Asia Tenggara sebesar 7%. Bahkan pertumbuhan dunia saja hanya mencapai 6%. Bukan itu saja, indeks daya saing pariwisata Indonesia pun ikut didongkrak. Dari peringkat 70 dunia pada 2013, meroket ke posisi 42 besar pada 2017.
Tidak hanya itu, pariwisata Indonesia juga memperoleh berbagai prestasi dunia. Pada 2016, Kemenpar memperoleh 46 penghargaan dunia. Pada 2017, Kemenpar memperoleh 27 penghargaan dunia, sedangkan pada 2018 memperoleh 66 penghargaan.
"Bukan hanya penghasil devisa terbesar, tetapi juga menjadi yang terbaik. Pariwisata Indonesia sudah diakui dunia. Salah satu buktinya, Kemenpar terpilih sebagai The Best Ministry of Tourism atau Best National Tourism Organization (NTO) se-Asia Pasifik di ajang TTG Travel Awards 2018," ujar Menteri Arief yang berasal dari Banyuwangi itu.
Grafiknya terus naik. Angkanya selalu positif. Karenanya, pada 2019, pariwisata diproyeksikan menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan devisa Indonesia. Angkanya dapat meningkat hingga US$20 miliar. Jumlah ini melebihi migas, batu bara, dan minyak kelapa sawit.
"Dalam proses pengembangan, kami tidak ingin kembali ke reinventing the wheel. Kami harus lakukan itu demi efisiensi dan efektivitas biaya," tambah Arief.