TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menguak Asal Mula Istilah Taliban yang Dijadikan Cap untuk Staf KPK  

Sekelompok mahasiswa menuding ada kelompok Taliban di KPK

Ilustrasi Taliban (ANTARA FOTO/AFP/Noorullah Shirzada)

Jakarta, IDN Times - Penetapan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana hibah KONI oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), telah membuat sekelompok masyarakat marah.

Pada Jumat 17 September 2019, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), berunjuk rasa ke gedung KPK, Jakarta, memprotes penetapan Imam Nahrawi sebagai tersangka. Mereka pun menuding ada kelompok Taliban di KPK. 

Tidak hanya kelompok PMII, pegiat media sosial, Denny Siregar, yang menjadi host dalam acara Timeline yang diunggah akun YouTube Cokro TV, juga mengatakan ada polisi "Taliban" di dalam KPK.

Merujuk pada pernyataan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane di sebuah stasiun televisi nasional, Denny mengatakan, istilah Taliban mengacu pada kelompok yang ideologis dengan aksesoris yang agamis. Kelompok Taliban dikabarkan sangat menguasai sistem internal KPK. Pemilihan calon pimpinan KPK yang baru, ujar Denny, membuat kelompok Taliban di dalam KPK menjadi resah.

“Ketika pansel sudah mulai memilih nama calon pimpinan KPK, kelompok ini kepanasan. Mereka lalu melakukan gerakan untuk mengkriminalisasi pansel KPK yang sedang bekerja.” ujar Denny di akun YouTube Cokro TV yang dipublikasikan, Kamis (29/8).

Lantas apa itu Taliban? Berikut hasil penelusuran IDN Times dari berbagai sumber: 

Baca Juga: Dituduh Ada Taliban di Internalnya, Ini Respons Petinggi KPK

1. Asal mula kelompok Taliban di Afganistan

ANTARA FOTO/REUTERS/Parwiz

Taliban berasal dari kata thalib, yang merupakan bentuk jamak dalam bahasa Arab. Dikutip dari organisasi.org, thalib artinya penuntut atau pencari ilmu yang ditujukan kepada anak laki-laki. Dalam bahasa Persia dan Pasthun, thalib menjadi Taliban.

Nama Taliban dipakai oleh sekelompok pasukan di Afganistan untuk mengusir Uni Soviet dari Afganistan Selatan, tepatnya di Provinsi Kandahar pada 1994.

Dikutip dari britannica.com, kelompok ini kemudian berkembang menjadi sebuah faksi politik yang menganut paham Islam yang sangat konservatif (ultrakonservatif) atau sering disebut Islam garis keras.

Dilansir di laman BBC.com, kelompok ini didominasi oleh sekelompok santri dari etnik Pasthun yang mendambakan pemulihan keamanan dan perdamaian berdasarkan syariat Islam yang sesungguhnya.

Pada 1996, faksi ini terus melebarkan sayapnya dengan mendapat bantuan dari luar negeri untuk merebut kota Kabul dan menggulingkan rezim Mujahiddin. Diduga, mereka antara lain mendapatkan aliran dana dari Arab Saudi. 

2. Afganistan jatuh ke tangan Taliban, burqa pun diberlakukan

ANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sobhani

Pada akhir 1996, Taliban berhasil merebut Kota Kabul dan mulai menduduki secara penuh pemerintahan Afganistan. Seiring dengan itu, kelompok ini mulai memberlakukan hukum sesuai ajaran yang mereka percaya, seperti menghukum pelaku zina dan pembunuhan di depan umum.

Tidak hanya itu, kelompok Taliban juga berkeinginan untuk menghapus segala bentuk pengaruh dari luar Afganistan, sehingga mereka pun memberlakukan aturan tayangan media televisi dan memboikot internet.

Mereka juga mewajibkan para perempuan Afganistan mengenakan burqa, pakaian longgar yang menutup seluruh tubuh dari kepala hingga kaki, yang bahkan mata pemakainya pun tidak terlihat karena dilapisi dengan jaring. Begitu pun bagi pria, dilarang mengenakan pakaian ketat.

3. Hukuman cambuk di depan publik bagi perempuan yang tidak mengikuti aturan Taliban

YouTube/RedDoor Video

Sejak Taliban berkuasa, perempuan di Afganistan merasa tersingkir dan diperlakukan secara diskriminatif. Mereka dilarang sekolah dan bekerja di luar rumah. Bahkan cara berpakaian mereka pun diatur. Para perempuan harus menggunakan burqa saat keluar dari rumah dan harus didampingi muhrimnya.

Parahnya lagi, Taliban akan menghukum perempuan yang mencoba bekerja atau tidak mengenakan burqa dengan cara mencambuk mereka di depan publik.

Aturan ini tentu saja sangat merugikan kaum perempuan di negara itu. Mereka sama sekali tidak memilik keleluasaan untuk bergerak dan mengembangkan diri. Bahkan, pakaian burqa yang mereka kenakan sehari-hari juga dianggap tidak nyaman.

Dikutip dari Seattle Times, untuk bisa bertahan hidup, perempuan di Afganistan bahkan mengakalinya dengan merajut burqa mini sebagai suvenir tutup botol anggur. Pembeli suvenir ini berasal dari pengunjung asing yang datang ke Kabul. Penghasilan dari penjualan itulah yang mereka gunakan untuk dapat bertahan hidup.

4. Sempat disambut baik karena berhasil memberantas korupsi

Pixabay

Pada awalnya, rakyat Afganistan menyambut baik kehadiran kelompok Taliban, yang dinilai sebagai angin segar bagi negara tersebut. Setelah Taliban berhasil melengserkan Mujahiddin dari kursi kepala negara, warga Afghanistan menaruh kepercayaan kepada rezim baru tersebut.

Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan Taliban dalam memberantas kasus korupsi di Afganistan. Mereka dinilai mampu dalam menegakkan keadilan hukum sesuai dengan syariat Islam, terutama pada kasus korupsi yang merugikan banyak orang. Popularitas Taliban pun semakin meroket, setelah mereka mampu membangun jalan di berbagai kawasan dalam negeri untuk memperlancar perdagangan. 

Namun, seiring dengan diberlakukannya aturan-aturan yang tidak bisa diterima kelompok masyarakat Afganistan lainnya, sejumlah perlawanan dari berbagai etnik lokal pun terjadi. Mulai dari etnik Uzbek, Tajik, hingga Hazara.

"Saya merasa sungguh sangat buruk sejak Taliban datang. Saya seorang perempuan dan saya tidak punya pilihan dalam hidup saya," ujar seorang warga Afghanistan (23) kepada LA Times.

Kendati menghadapi berbagai macam perlawanan, Taliban terus bertempur hingga pada 2001, kelompok radikal ini berhasil menguasai seluruh bagian negara Afganistan, kecuali bagian kecil di utara negara penghasil opium itu.

Baca Juga: KPK Bantah Penetapan Tersangka Imam Nahrawi karena Ada 'Aktor Taliban'

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya